Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adab Bersenggama

Ya. Ini pun diatur dalam Islam. Aturan yang harus diikuti untuk meraih ridha dan berkah Allah dalam berumah tangga. Juga kemesraan...

CUMBUAN HANGATKAN SUASANA

Disunnahkan untuk seorang pengantin lelaki mencumbu pengantin perempuannya sebagai bagian dari 'pemanasan' hubungan badan suami-istri. Ini membantu mempersiapkan kedua belah pihak untuk 'bersiap' sehingga jima' memberi keduanya kenikmatan maksimal.

Salah seorang Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdillah, berkata, "Bapak saya baru saja meninggal dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri perempuan. Lalu saya menikah dengan seorang janda. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya kepada saya, 'Apakah kamu sudah menikah wahai Jabir?' Saya menjawab, 'Ya, sudah ya Rasulullah.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda kembali, 'Apakah kamu menikahi gadis atau janda?' Saya menjawab, 'Janda.' Rasulullah bersabda kembali, 'Mengapa kamu tidak menikahi gadis sehingga kamu dapat bercanda-canda dengannya (bercumbu) dan dia pun dapat mencandai (mencumbui) kamu?" (HR. Bukhari)

Dalam hadits riwayat lain digambarkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bertanya, 'Apakah kamu wahai Jabir menikahi janda atau gadis?' Jabir menjawab, 'Janda.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda kembali, 'Mengapa bukan gadis dan air liurnya?' (HR. Bukhari)

Para ulama mengatakan bahwa yang dengan kata wa lu'abiha di atas dimaksudkan sebagai isyarat untuk menghisap lidah dan menghisap air liur pasangannya. Hal ini tentu dapat dilakukan dalam percumbuan tersebut. Bahkan, dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang ummatnya untuk melakukan hubungan badan suami-istri alias jima' bila tanpa didahului dengan foreplay alias percumbuan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya sebagaimana hewan menggauli sesamanya. Hendaklah ia mengadakan 'perantara' terlebih dahulu dengan ciuman dan kata-kata mesra." (HR. At-Tirmidzi)

Perhatikan juga hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mencumbu istri-istrinya terlebih dahulu.

'Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam suka mencium istri-istrinya. (HR. Thabrani). Dalam hadits lain, digambarkan oleh 'Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengisap lidahnya. (HR. Thabrani)

Gambar: http://www/sarungpreneur.com

SEGALA GAYA

Islam menuntunkan bahwa suami dan istri boleh melakukan jima' dengan gaya dan model apa saja, selama penetrasi dilakukan hanya di farji (kemaluan alias vagina). Dalam salah satu hadits, digambarkan oleh Jabir bahwa, "Sesungguhnya orang-orang Yahudi  berkata kepada orang-orang Muslim: 'Barangsiapa yang menggauli isterinya dari arah belakang (tapi tetap di qubul atau vagina) maka anaknya akan juling'." Maka Allah lalu menurunkan ayat berikut ini, "Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu kehendaki (selama itu di kemaluan depan)." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda:, "(boleh kamu gauli istri kamu itu) baik dengan gaya dari arah depan maupun dari arah belakang selama di dalam kemaluan, bukan di pantat'." (HR. Bukhari dan Muslim)

'DAERAH TERLARANG'

Seorang suami boleh menyetubuhi istrinya kecuali lewat dubur atau anus. Ibnu Abbas berkata, "Allah tidak akan melihat pada hari kiamat kelak seorang laki-laki yang menyetubuhi binatang, atau menyetubuhi istrinya di duburnya." (HR. Imam Nasai dengan sanad hasan). Para ulama mengatakan, yang dilarang itu adalah menyetubuhi istri dari dubur sedangkan mencumbui atau menyentuh-nyentuhkan ke dubur istrinya, tanpa dimasukkan ke dalamnya, boleh.

'LAMPU MERAH'

Yang juga dilarang oleh Islam adalah menyetubuhi istri yang sedang haid. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 222, Allah Ta'ala berfirman, "Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, 'haid itu adalah suatu kotoran'. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri."

Bagaimana kalau suami tetap ingin bermesraan sementara si istri sedang haid? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan, kurang-lebihnya, silahkan melakukan apa saja, bercumbu apa saja dan bagaimana saja selama tidak melakukan hubungan badan.
Perhatikan hadits berikut ini dimana ketika dinyatakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yang harus dilakukan ketika si istri sedang haid, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Lakukan apa saja selain berhubungan badan." (HR. Muslim). Siti 'Aisyah menggambarkan, bahwasanya "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami istri-istrinya untuk memakai kain (sarungan), manakala kami sedang haid. Lalu beliau mencumbui kami." (HR. Bukhari dan Muslim)

TAKE A BREAK!

Bagaimana bila si pengantin baru yang baru saja bercinta, ingin lagi melakukan hubungan badan untuk kedua kalinya? Atau ketiga kalinya? Maka disunnahkah atas mereka untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum melanjutkan percintaan mereka. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seorang menggauli istrinya kemudian ia hendak menambahnya untuk kedua kali, maka berwudhulah terlebih dahulu." (HR. Muslim)

ZIP YOUR LIPS!

Ketika suami dan istri baru ini sudah bercinta, apa yang tak boleh mereka lakukan? Jawabanya: Menceritakan rahasia tempat tidur mereka kepada siapa pun! Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya sejahat-jahat manusia di sisi Allah kelak pada hari Kiamat adalah seorang laki-laki yang menggauli istrinya atau istri yang menggauli suaminya kemudian ia menyebarkan rahasia-rahasia hubungan badannya itu." (HR. Muslim). Jadi, zip your lips! Tutup mulut Anda, soal hubungan percintaan Anda dengan si dia...

JANGAN EGOIS AH!

Namanya saja hubungan suami-istri. Ada dua pihak yang terlibat di dalamnya. Jadi, suami harus memerhatikan betul kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan seksual istrinya. Suami tidak boleh egois - dan larangan bersikap mementingkan diri sendiri ini pun diatur oleh Islam.

Si suami misalnya, harus memperhatikan apakah istrinya sudah merasakan kenikmatan dan kenyamanan yang maksimal saat berhubungan ataukah tidak. Sungguh tidak selayaknya bagi si suami untuk merasa puas sendiri lalu berhenti begitu saja, tanpa peduli apakah istrinya sudah memperoleh kesenangan yang sama. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan sampai mengajarkan kepada para suami agar mereka bersabar dan menahan orgasmenya sampai si istri betul-betul merasakan kenikmatan yang sama.

BOLEH LIHAT NGGAK SIH?

Bolehkah melihat aurat isteri atau suami dan menyentuhnya? Ada perbedaan pandangan di sementara ulama. Misalnya, ada ulama yang mengatakan tak boleh bagi suami melihat aurat atau farj istrinya, dengan menyebutkan hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha yang berkata, "Saya tidak pernah melihat sekalipun aurat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Thabrani)

Oleh ulama terkemuka, Ibnu Hajar Al-Asqalani, hadits itu dinilai lemah (dhaif) karena dalam sanadnya ada seorang periwayat, Barakah bin Muhammad al-Halaby yang dikenal sebagai pembohong. Sebaiknya, ada hadits-hadits yang membolehkan melihat aurat suami atau istri.

Suatu kali 'Utsman bin Madh'un mengadu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai rasa malunya ketika melihat aurat istrinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Bagaimana tidak, bukankah Allah telah menjadikan istrimu itu sebagai pakaian dan kamu sebagai pakaiannya juga?" Utsman menjawab, "Saya justru malu dengan hal itu. " Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab. "Saya juga melakukannya dan mereka istri-istri saya pun melakukannya juga."

Selain itu, ada sejumlah hadits yang menggambarkan kemesraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan para istrinya sedemikian hangatnya sehingga beliau kerap mandi bersama dengan istrinya, 'Aisyah berkata, "Saya dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mandi bersama dalam satu bejana. Beliau lalu mencandaiku sehingga saya berkata padanya, 'Lepaskan aku, lepaskan aku' dan kami berdua dalam keadaan junub." (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama menyimpulkan bahwa dengan hadits sebagaimana disebutkan baru saja, terjawablah pertanyaan apakah suami dan istri boleh saling melihat atau memandang farj mereka, dan apakah boleh mereka melakukan jima' dalam keadaan sepenuhnya bertelanjang. Wallahu a'lam bish-shawwab.



Dikutip dari Majalah Aulia yang diadaptasi dari tulisan Aep Saepulloh Darusmanwiati di www.indonesianschool.org

Posting Komentar untuk "Adab Bersenggama"