Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak Tiri, Duri Dalam Daging?

Allah Ta'ala yang menggenggam hidup mati Anda telah menjodohkan Anda dengan seorang duda yang membawa anak-anak dari pernikahannya yang terdahulu. Anda percaya dia cukup baik dan layak menjadi imam keluarga Anda, sahabat hidup Anda dalam mempersiapkan diri menghadapi pengadilan Allah Ta'ala, namun Anda tak tahu persis bagaimana sebaiknya memperlakukan anak-anaknya.

Gambar: http://www.keluarga.com
Anda membayangkan akan banyak masalah penyesuaian diri karena, misalnya, mereka berasal dari keluaga dengan kebiasaan hidup yang berbeda atau karena masalah psikologis akibat kematian atau perceraian ibu kandungnya dari ayahnya. Bahkan bukan tak mungkin anak-anak tiri Anda memasuki keluarga barunya dengan membawa berbagai gambaran negatif tentang ibu tiri - yang mungkin diperolehnya dari dongeng atau berita-berita kriminalitas,

Anda sendiri terbebani karena merasa harus membuktikan bahwa anggapan "semua ibu tiri kejam" itu hanya mitos - bahkan sekedar mengomel karena anak tiri tak mau mencuci piring saja Anda tak berani, karena takut dituduh kejam!

Bagaimana tuntunan islam?

AWAL YANG TERBAIK

Pada prisipnya, Anda perlu mempersiapkan diri memasuki pernikahan dengan cara yang terbaik sebaimana dituntunkan Allah Ta'ala - terlepas dari apakah calon suami Anda lajang yang belum pernah menikah, duda tanpa anak atau duda dengan anak. Pernikahan Anda akan menjadi pintu Anda menuju syurga - atau jalan tol menuju neraka.

Kalau Anda menginginkannya menjadi jalan bagi Anda dan suami Anda memasuki syurga, maka Anda memulai dan melaksanakannya semuanya sesuai dengan tuntunan Allah Ta'ala di dalam Al-Qur'an, dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Termasuk di dalamnya adalah memancangkan niat yang lurus - hanya karena Allah Ta'ala - dan persiapan lahir batin Anda. Yang pasti, awal pernikahan yang baik akan sangat mempengaruhi kondisi dan "warna" rumah tanggga nantinya.

Rumah tangga yang dibangun karena si Muslim maupun si Muslimah memiliki kesamaan cita-cita hidup dan sepakat memilih tata cara yang diajarkan Islam, Insya-Allah mendatangkan keberkahan. Termasuk dalam keberkahan itu adalah ketentraman lahir batin yang membuat Anda mampu menghadapi banyak tantangan - termasuk urusan penyesuaian diri dengan anak-anak tiri Anda.

KONSEP YANG ISLAMI

Ada ratusan, bahkan mungkin jutaan, bahan bacaan yang bisa Anda peroleh di berbagai toko buku dan situs internet tentang bagaimana menyesuaikan diri dengan, mengasuh dan mendidik anak-anak tiri Anda. Ada jutaan kiat yang ditulis orang mengenai bagaimana mengelola hubungan dengan anak tiri sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu hubungan Anda dengan suami Anda.

Sayangnya, kebanyakan buku dan bacaan itu ditulis dengan konsep yang belumlah bergeser dari dongeng Cinderella, Snow White, Beauty and the Beast, atau Bawang Merah dan Bawang Putih. Dasar pemikiran dalam berbagai buku dan bacaan itu adalah bahwa Anda - si ibu tiri - seorang pendatang bru yang mengubah tatanan dan dinamika hubungan antara si anaak dengan si ayah.

Kadang Anda, si pendatang baru, diinginkan, kadang-kadang tidak diharapkan. Bila Anda diinginkan, maka digambarkanlah dalam buku-buku itu terjadinya hubungan yang manis dengan si anak tiri. Namun bila Anda tidak diinginkan (oleh si anak tiri), maka terjadilah hubungan yang menegangkan, atau bahkan menyakitkan, dengan si anak tiri.

Bukan seperti itu cara Islam memandang dinamika sebuah keluarga Muslim - dengan ibu baru atau tidak, dengan anak tiri atau tanpa anak tiri. Dalam tuntunan Islam, anak yang dibawa oleh suami Anda dari pernikahannya yang terdahulu adalah amanah yang harus Anda pertanggungjawabkan di Padang Mahsyar nanti; beban yang tak kalah beratnya dengan mempertanggungjawabkan anak-anak yang Anda kandung dan lahirkan sendiri.

Anda tidak bisa berhenti dengan berpikir, "Ah, itu bukan anakku sendiri! Bukan tanggungjawabku! Itu tanggungjawab ibu kandungnya!" Benarlah bahwa anak tiri Anda adalah bagian dari tanggungjawab ibu kandungnya, namun begitu Anda lewati aqad nikah dengan ayahnya, maka si anak menjadi tanggungjawab penuh Anda pula. Sandangnya. Pangannya. Jasadnya, ruhnya, emosinya, kecerdasannya. Dunia dan akhirat...

NAFKAH YANG TERISTIMEWA

Perhatikan beberapa hadits shahih di bawah ini yang menunjukkan betapa istimewanya Anda karena dipercaya Allah Ta'ala memikul amanah berupa anak-anak (kandung atau pun tiri) yang bisa menjadi pintu Anda memasuki syurga. (Tentu saja hadits-hadits ini juga berlaku untuk para lelaki yang memiliki anak-anak tiri dari istri-istri mereka!)

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Satu dinar (sekitar 4,44 gram emas) engkau nafkahkan ke jalan Allah, satu dinar engkau nafkahkan kepada budak wanita, satu dinar engkau sedehkan kepada orang miskin, satu dinar engkau nafkahkan kepada keluarga, yang lebih besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu." (HR. Muslim)

Tsauban, pelayan Rasulullah Shallallahu 'alaaihi wa sallam, menuturkan bahwa beliau Shalllahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Sebaik-baik dinar yang dinafkahkan seseorang adalah satu dinar yang dinafkahkan kepada keluarga..." (HR. Muslim dan At-Tirmidzi)

Abu Mas'ud al-Badri menceritakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Seorang Muslim, apabila dia menafkahkan hartanya kepada keluarganya demi mengharap ridha Allah maka nafkag itu dinilai (diberi pahala) sedekah baginya." (HR. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i)

Jabir juga menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Pertama kali yang diletakkan di mizan (timbangan amal) seorang hamba adalah nafkah yang diberikannya kepada keluarganya." (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Siapa yang keluar bekerja demi anak-anaknya yang masih kecil maka dia berada di jalan Allah..." (HR. Ath-Thabrani)

ANAK YANG PEREMPUAN

Bila anak tiri Anda perempuan, maka Subhanallah, sungguh besar pintu syurga yang Allah bentangkan bagi Anda! Perhatikan beberapa hadits di bawah ini tentang keistimewaan memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anak perempuan:

Suatu kali 'Aisyah, istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, didatangi seorang perempuan dan dua anak perempuannya yang meminta makanan, 'Aisyah tak memiliki apa pun di rumahnya, selain sebutir kurma, maka itulah yang diberikannya. Si ibu lalu membelah kurma itu menjadi dua dan memberikannya kepada kedua anaknya, dan tidak mengambil sedikit pun karena kecintaannya kepada anak-anaknya. 'Aisyah menceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang lalu bersabdu, "Siapa yang diuji dengan anak-anaak perempuan dan dia berlaku baik kepada mereka, kelak anak-anak itu akan menjadi hijab (penghalang) dari api neraka." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi)

Anas bin Malik, pelayan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, berkata bahwa beliau bersabda, "Siapa yang menghidupi dua anak perempuan hingga mereka dewasa maka dia akan datang di Hari Kiamat dalam keadaan aku dan dirinya seperti ini (beliau lalu mendempetkan jari telunjuk dan jari tengahnya)." (HR. Muslim)

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang bekerja untuk menghidupi tiga anak perempuan maka kelak dia di syurga dan dia mendapat pahala seperti pahala mujahid di jalan Allah yang berpuasa dan mendirikan shalat." (HR. Al-Bazzar)
Auf bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaaihi wa sallaam bersabda, "Tidaklah seorang hamba Muslim memiliki tiga anak perempuan, kemudian dia beri nafkah kepada mereka sehingga dewasa atau meninggal, kecuali mereka menjadi hijab (penghalang) baginya dari siksa neraka." Seorang perempuaan lalu bertanya, "Begitu jugakah dengan dua anak perempuan?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Begitu juga dengan dua anak perempuan." (HR. Baihaqi)

HATI YANG BERSIH

Dengan memahami keistimewaan yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepada Muslim dan Muslimah yang mengambil amanah mengasuh dan mendidik anak-anak Muslim - kandung, tiri, angkat, atau yatim - maka Insya Allah lebih mudahlah bagi Anda agar bersih dalam menerima amanah-amanah istimewa dalam pernikahan Anda ini.

Memang, tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa sulit menerima anak tiri ke hati kita namun kalau Anda bisa merasa tergugah dengan penderitaan anak-anak terlantar di jalan, anak-anak yang haus kasih sayang di panti asuhan atau anak-anak miskin yang Anda jadikan anak angkat, maka Insya Allah Anda akan bisa dengan lapang hati menerima kehadiran anak tiri Anda pula.

Termasuk dalam usaha menyetel hati kita itu adalah mengingat kembali bahwa tidak ada satu pun amal di dunia ini - belajar di sekolah, bekerja mencari nafkah, menikah dan mengasuh anak - yang bermakna di sisi Allah Ta'ala sehingga mendapat pahala di akhirat, bila tanpa niat yang lurus karena Allah Ta'ala saja. Dalaam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh 'Umat bin al-Khaththab, beliau bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Seorang yang pergi berhijrah di masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dulu karena ketaatan dan inginkan ridha Allah Ta'ala maka akan mendapat pahala orang berhijrah karenaa Allah Ta'ala. Seseorang yang dahulu berhijrah karena mengikuti seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka yang didapatnya adalah perempuan itu - bukan pahala berhijrah.

Likewise, seorang Muslimah shalihah seperti Anda yang mengasuh dan mendidik anak tiri karena inginkan ridha Allah Ta'ala maka Insya-Allah akan Anda peroleh semua pahala terbaik yang dijanjikan bagi mereka yang ikhlas karena Allah Ta'ala. Kalau seorang ibu mengurus anak-anak tirinya hanya karena tak ingin disebut ibu tiri yang kejam, maka dia mungkin akan peroleh citra seorang ibu yang baik, namun hanya Allah Ta'ala yang tahu apakah juga akan dia peroleh pahala terbaik dan ridha Allah.

Karenanya alangkah baiknya kalau Anda - saat menerima amanah menjadi seorang ibu tiri - lalu berdoa mohon pertolongan Allah agar hati Anda dipelihara dan dijaga Allah sehingga lurus dan kuat dalam memikul amanah itu.

Katakanlah dalam doa Anda, "Ya Allah yang Mahapencipta dan Mahaberkuasa atas segala sesuatu, anak-anak suamiku ini adalah makhluk-makhluk yang Kau ciptakan dan Kau kuasai sepenuhnya. Mereka milik-Mu, mereka urusan-Mu. Karenanya karuniakanlah kekuatan dan pertolongan kepadaku ya Allah untuk menjadi bagian dalam cara-Mu mengurusi dan memelihara mereka. Karuniakanlah kepadaku dan suamiku petunjuk dan kemampuan memegang amanah membesarkan mereka menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah yang akan membantu usaha kami meraih ridha-Mu dan syurga-Mu. Amin."

Dengan setting hati yang seperti ini, Insya Allah tidak akan sulit bagi Anda di malam hari beberapa saat sebelum dia tertidur sesudah lelah seharian bermain bersama Anda dan suami. Insya-Allah tidak akan sulit bagi Anda untuk mencium keningnya seraya membisikkan doa tulus, "Inni u'idzuka bi-kalimatillaahi taammaati min syarri maa khalaq (Aku perlindungkan engkau dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan semua makhluk yang diciptakan-Nya)" karena Anda ingin dia selamat dunia dan akhirat.

Insya Allah tidak sulit bagi Anda untuk memberikan dia perlakuan yang sama baiknya dengan anak-anak yang Anda kandung dan lahirkan sendiri. Insya-Allah tidak akan berat bagi Anda untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraannya lahir dan batin karena Anda tahu Anda melakukan semua ini bukan karena siapa pun, tapi karena mengharapkan ridha Allah dan pahala dari Allah Ta'ala saja.

Anda tidak butuh dipuja-puji orang lain sebagai "ibu tiri yang nggak normal karena kok baik hati" tapi Anda butuh dipuji oleh para malaikat yang mendoakan balasan terbaik bagi jerih payah Anda mengasuh dan membesarkan anak-anak tiri Anda: memasuki dan duduk berdekatan dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di syurga!

BERKAH YANG MELIMPAH

Rumah tangga yang Anda bangun dengan niat mentaati Allah Ta'ala, mengikuti Sunnah Rasulullah Shallaallahu 'alaihi wa sallam, dan dengan cara yang sudah diajarkan Islam, Insya Allah akan menjadi sebab turunnya semua janji Allah Ta'ala: berkah Allah Ta'aala. Insya Allah akan Anda rasakan pula sakinah, mawadah dan rahmah di antara Anda dan suami Anda - tidak peduli apakah tadinya dia lajang atau sudah pernah menikah, dengan atau tanpa anak.

Insya-Allah, dalam rumah tangga ini, Anda dan suami Anda bukan saja saling mencintai, tapi juga menyebarluaskan sebanyak mungkin kasih sayang kepada sebanyak mungkin orang - anak kandung Anda dan suami, anak tiri Anda dan istrinya yang terdahulu, anak tiri suami Anda dari suami Anda yang terdahulu, anak-anak yatim dari antara kerabat Anda berdua, anak-anak terlantar yang Anda temui di jalam...

Kalau sudah sedemikian berkahnya rumah tangga Anda, Insya-Allah tidak perlu lagi ada kekhawatiran bahwa anak-anak tiri Anda menjadi duri dalam daging Anda. Jangan-jangan, Insya-Allah, justru sebaliknya mereka akan menjadi bunga-bungaa mawar yang mengharumkan kehidupan bekeluarga Anda!



Dikutip dari Maajalah Alia, oleh: Maryam Ar-Riyashi

2 komentar untuk "Anak Tiri, Duri Dalam Daging?"

  1. Massaalloh
    aku memiliki anak tiri 2 yg memang aku rawat 1..
    Ini pelajaran cuma sulit krn anak tiri suka berbohong tdk di apa2in blgnya ini itu

    BalasHapus
  2. Gw punya anak tiri cowok udah gede2, tp mereka tidak pernah menghormati gw, wajar gak kalo gw ogah serumah SM mereka?

    BalasHapus