Daripada Berzina, Ya Jangan Berzina!
Indonesia mungkin dikenal di manca negara sebagai negara Muslim trbesar karena memang mayoritas penduduknya - sampai 87 persen - mengaku beragama Islam.
Namun sebagaimana banyak negara lainnya baik di belahan timur atau barat, selatan atau utara, Indonesia adalah tempat di mana semua bentuk kemaksiatan yang disiapkan Syaitan untuk menyesatkan manusia, tersedia dan tumbuh subur.
Mulai dari rokok hingga makanan haram, mulai dari narkoba sampai minuman beralkohol, mulai dari VCD porno sampai pelacur door-to-door, mudah didapat di negara kita.
Sekian dasawarsa lalu, orang harus sembunyi-sembunyi untuk membeli komik porno di tempat-tempat tertentu di kota besar seperti Jakarta. Mereka harys menyelinap diam-diam untuk mendatangi lokalisasi prostitusi. Mereka masih punya rasa malu kalau-kalau tertangkap sedang melakukan kemaksiatan.
Dewasa ini, kemaksiatan bukan saja mengetuk pintu kita tapi sudah masuk dan berkuasa bagaikan tuan rumah layaknya. Kemaksiatan ada di setiap sudut rumah kita. Hadir 24 jam sehari.
Ketika terbangun di pagi hari, suara pertama yang kita dengar bukanlah alunan ayat-ayat Al-Qur'an Suci tetapi suara kemaksiatan dari televisi dan film - lagu-lagu mendesah-desah tentang percintaan yang haram dilantunkan oleh lelaki dan perempuan berpakaian separuh telanjang, berita-berita perselingkuhan di kalangan para artis yang dikunyah-kunyah dan ditelan pemirsa tanpa sadar bahwa mereka tengah mengunyah bangkai saudara-saudara mereka...
Sekarang ini, kita tahu bahwa kemaksiatan seperti perzinahan dan mencandu narkoba menjadi menu hiburan dan tontonan kita sehari-hari sehingga orang sudah kehilangan kepekaannya.
Kita tidak lagi merasa jengah atau malu kalau mendengar Tokoh X diketahui hamil karena berselingkuh dengan Tokoh Y; malahan si Tokoh X dengan bangganya mengatakan, "Aku memang mau jadi single mother". Si X pun lau menuai pujian media massa karena dianggap perempuan modern dan pemberani karena memillih hamil dan melahirkan anak tanpa nikah.
Kita tidak lagi terkejut bahwa Tokoh Z yang dikenal sebagai panutan masyarakat, tertangkap basah sedang pesta sabu-sabu; di depan kamera televisi, si Z tidak menunjukkan penyesalannya melainkan malah melambaikan tangan seolah-olah baru saja mengukir sebuah prestasi.
Sekarang, anak perempuan 8 tahun sudah bereksperimen seks dengan pembantu rumah tangganya, remaja lelaki berusia 15 tahun. Sekarang, anak-anak laki berusia 9 tahun sudah mencoba narkoba - bersama-sama dengan puluhan teman sekelasnya di sebuah SD.
Sekarang ini, ada remaja kelas I SMP yang memiliki ritual menonton fim porno bersama ayahnya! Juga di masa sekarang inilah seseorang memiliki kemudahan luar biasa untuk mendekati jurang neraka lewat pornografi: bluetooth devices untuk bertukar-tukaran video clips porno karena bertukar VCD atau flash disk sudah terasa terlalu merepotkan.
Di tengah semua pemandangan suram ini, korban pertama adalah 'hayya' - rasa malu yang adalah bagian dari iman kita sebagai Muslim. Korban berikutnya tentu saja adalah iman kita secara keseluruhan.
Syaitan tertawa karena berhasil merusak iman kaum lelaki - dengan menjanjikan kepada mereka pemenuhan semua syahwat meski lewat cara haram - dan merusak iman kaum perempuan, dengan menjadikan mereka bagian dari pemenuhan syahwat liar itu.
Kalau sudah seperti ini, ucapkan seorang suami, "Aku takut berzina, karena itu lebih baik aku menambah istri," sungguh terdengar mulia, bukan? Apa lagi kalau kemudian ditambah dengan kata-kata, "Aku bisa saja berzina. Tapi aku masih takut kepada Allah. Karena itu lebih baik aku menikah sekali, dua kali, tiga kali lagi..."
KESUCIAN
Adakah yang salah dengan kalimat "daripada berzina, lebih baik menikah lagi"? Tidak ada. Soal tulus dan jujurnya adalah rahasia hati si lelaki yang hanya diketahui oleh Allah Ta'ala.
Namun di banyak kasus yang kita lihat sehari-hari tidak sedikit kita temui lelaki yang menyampaikan kalimat itu - tetapi dengan menunjukkan "lompatan" pemikiran yang tidak selalu logis.
Islam menganggap serius bahayanya perzinaan, dan karenanya sangat mendorong kaum pemuda untuk menikah di usia muda dan mendorong kaum pemudi untuk memudahkan mahar mereka.
Islam juga meletakkan lembaga pernikahan di tempat yang sangat-sangat tinggi dan mulia sehingga menggambarkannya dengan istilah mitsaqan ghalizah alias sebuah perjanjian yang sangat berat - a heavy covenant. (Istilah yang sama, mitsaqan ghalizah, dipakai di dalam Al-Qur'an untuk menggambarkan janji atau bai'at para Rasul dan Nabi dengan Allah Ta'ala dalam memanggil manusia ke jalan tauhid.)
Namun Islam menjadikan pernikahan itu satu paket dengan konsep kesucian dan pemeliharaan kesucian - lahir dan batin, jasadiyah dan ruhaniyah.
Allah menyukai dan meridhai mereka yang menjaga kesucian dirinya, termasuk dengan menikah, dengan berpuasa bila tidak mampu menikah, dengan menegakkan hijab antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram, dengan memancangkan hijab antara yang halal dan yang haram, dengan menundukkan pandangan dari barang haram, dengan mencegah kemaksiatan dan kekotoran...
Di semua jenis ikhtiar pemeliharaan kesucian itu terkandung pesan perlunya perjuangan, mujahadah, melawan Syaitan dan semua kemungkaran dan kemaksiatan yang dipimpinnya.
Menikah adalah salah satu cara memelihara kesucian diri seorang Muslim; bila secara finansial tidak mampu, maka Islam memerintahkan agar seorang pemuda atau seorang pemudi untuk berpuasa demi mengendalikan dorongan syahwatnya.
Selain menikah, kesucian diri seorang Muslim harus dipelihara, di antaranya, dengan memalingkan wajah dan menundukkan pandangan dari segala sesuatu yang tidak halal dilihat.
Juga termasuk dalam upaya melindungi kesucian diri dan memelihara kemuliaan tatanan masyarakat yang bertumpu pada institusi keluarga, ditetapkanlah hukum berhijab.
Masih termasuk dalam upaya pemeliharaan kesucian adalah terus bermuhasabah dan beristighfar, serta mengupayakan perbaikan lingkungan dengan cara mendorong pada kebaikan dan mencegah kemungkaran - amar ma'ruf wa nahiy munkar.
MENUNDUKKAN PANDANGAN
Perintah Allah Ta'ala dalam Al Qur'an surah An-Nur ayat 30 agar lelaki Mu'min tidak mengumbar pandangannya, ghadul bashar, sudah sangat jelas.
"Katakanlah (wahai Rasulullah) kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam memberikan tuntunan yang sangat jelas tentang bahaya mengumbar syahwat mata. Misalnya saja, Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam pernah menggambarkan betapa potensi perzinaan ada di setiap anggota tubuh seorang manusia - mulai dari zina mata, telinga....sampai zina dengan alat kelamin.
Beliau Shallallahu 'alayhi wa sallam juga pernah dengan tangan beliau yang mulia memegang wajah seorang pemuda dan memalingkannya ke arah yang lain ketika si pemuda membelalak memandangi seorang perempuan. Beliau berkata ketika itu bahwa pandangan mata sungguh merupakan anak panah Syaitan.
Di zaman sekarang ini, ketika pemandangan haram agaknya lebih mudah diperoleh daripada pemandangan halal, maka memelihara kesucian penglihatan kita lewat gadhul bashar memang jadi penuh tantangan.
Melihat ke televisi, ada yang haram. Surfing internet, wah mudah sekali mendapati pemandangan haram dalam bilangan detik. Melihat ke mana pun kita - di bus, di angkot, di tempat kerja, di kereta, di jalan - ganti berganti pemandangan haram menerjang mata.
Namun bukankah justru di situ letaknya mujahadah menundukkan pandangan kita karena ingin memelihara kesucian dan memenangkan ridha Allah?
Sudah jelas televisi dan film penuh tontonan haram, mengapa pula kita tekuni berjam-jam dalam sehari? Sudah jelas pandangan mata lawan jenis yang bukan mahram dapat membawa pada kencan-kencan haram, kok malah sengaja 'tebar pesona' dan mencari-cari kesempatan berzina dengan mata?
Kalau seorang suami mengatakan "Daripada berzina, lebih baik aku menikah lagi!" maka perlu baginya menjawab beberapa pertanyaan penting (selain tentu saja pertanyaan, "Benarkah niatmu karena Allah atau karena mengikuti kesenangan hatimu?" - yang kalau orang Inggris bilang 'pretty obvious', dan anak muda di Jakarta bilang, "Jelas gitu lhoh!").
Misalnya: "Sudah seberapa keras usahamu menundukkan pandanganmu dari hal-hal yang haram kau lihat? Tidakkah kau tahu bahwa kau bisa berdusta dengan mulutmu sekarang sekarang, dengan mengatakan bahwa bukan nafsu yang membawamu kepada keputusanmu ini, tapi akan ada masanya ketika mulutmu dikunci dan matamu sendiri yang akan berbicara tentang semua barang haram yang pernah kau nikmati."
MEMELIHARA HIJAB
Islam meletakkan perempuan beriman dalam posisi yang sangat-sangat mulia. Bagaikan mutiara dan permata yang terindah di seluruh penjuru dunia, Mu'minah dilindungi dengan hijabnya sehingga tidak menjadi obyek pemuas syahwat mata orang-orang yang tidak berhak.
Inilah salah satu alasan di balik perintah Allah Ta'ala agar perempuan beriman menundukkan pandangan dan menutupi dirinya dengan berhijab, dalam surah An-Nur ayat 31:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan (menghentak-hentakkan) kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.'"
Perintah berhijab ini berlaku baik untuk lelaki maupun perempuan, tentu saja, karena tujuan utamanya adalah memang memuliakan kaum perempuan dan melindungi kesucian tatanan keluarga yang menjadi pondasi ummat. Karena itulah Islam melarang lelaki dan perempuan untuk ber-ikhtilat alias bercampur baur dengan bebas.
Karena itulah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam dengan sangat jelas melarang lelaki dan perempuan yang bukan mahram untuk berdua-duaan karena sungguh, "yang ketiga di antara mereka adalah Syaitan."
Makhluk yang ketiga inilah yang membisik-bisikkan di hati si lelaki dan si perempuan yang ber-khalwat untuk meremehkan perintah Allah Ta'ala untuk tidak mendekat barang sedikit pun kepada perzinaan.
Sebaliknya, penghargaan dan hadiah dari Allah Ta'ala bagi kaum lelaki yang melindungi dirinya dari perzinaan sungguh sangat besar dan mulia. Di hari Pengadilan Allah nanti - ketika semua manusia dalam keadaan bertelanjang kaki, bertelanjang tubuh dan bersimbah keringat karena ketakutan dan panasnya sengatan sebuah matahari yang didekatkan di atas mereka - maka akan ada sejumlah manusia yang mendapatkan naungan yang sejuk.
Menurut Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, termasuk di antara orang-orang yang beruntung ini adalah seorang lelaki yang ketika jari-jari lentik seorang perempuan menggoda dan memanggil-manggilnya untuk melakukan perzinaan, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Aku takut kepada Allah." (Hadits shahih Al-Bukhari, diriwayatkan oleh Abu Hurairah)
YA JANGAN BERZINA
Sebaliknya, ancaman Allah Ta'ala terhadap orang-orang yang melanggar hijab dan berzina, sungguh sangat berat. Bagi mereka yang karena satu dan lain hal lolos dari hukuman zina di dunia dan tidak pula bertaubat, disediakan siksaan yang sangat pedih di Akhirat nanti. Na'udzubillahi min dzaalik.
Nah, kalau seorang suami mengatakan, "Daripada berzina, lebih baik aku menikah lagi," maka sungguh dia tidak mengatakan suatu kalimat yang salah. Berzina sungguh haram dan hina, sementara menikah sungguh sangat didorong dan dimuliakan.
Hanya saja si suami perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan logis, seperti "Sudah sekeras apa usahamu menghijabi dirimu dan hatimu dari segala sesuatu yang dilarang? Sudah maksimalkah usahamu menghindari, misalnya, kesempatan berdua-duaan dengan perempuan yang tidak halal bagimu?
Sudah maksimalkah usahamu menutup pintu imanmu dari ketukan Syaitan yang berbentuk perempuan cantik yang ingin 'curhat' kepadamu, lewat SMS, lewat email, lewat telepon dan lewat cara-cara lain, tanpa diketahui istrimu atau orang lain yang dapat berfungsi sebagai orang ketiga?"
Kalau tak bisa seorang suami menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, maka agaknya perlu baginya untuk menilai dan meneliti kembali ketulusan niatnya saat mengatakan, "Daripada berzina, lebih baik aku menikah lagi."
Dikutip dari Majalah Alia, oleh: Annisa Mardhatillah
saay setuju, banyak yang skrg nikah mudah krn katanya drpd berzina, tp memang sih itu pilihan tapi aku sih nagajarin anak2 untuk berkarya/belaajr dulu, membaikan diri , shg kelak kamu akan menjadi prbadi yg baik dan siap untuk menikah dan sebelumnya untuk menjaga diri dan selalu ingat Allah. Shg saat dia sdh menjadi yg baik krn selalu membaikan diri tentu akan mendapat pasanagn yg baik juga
BalasHapus