Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kriteria Calon Istri Ideal Menurut Islam

Sebuah ungkapan mengatakan, “Buka matamu lebar-lebar sebelum menikah dan buka sedikit saja setelahnya.”

Selera laki-laki dalam menentukan kriteria pasangan hidup yang ideal berbeda-beda. Karena itu, sejak awal, engkau harus menentukan tujuan pernikahan dan kualitas yang engkau inginkan dimiliki oleh istrimu. Jangan memulai kehidupan rumah tangga dengan keraguan, kebingungan, dan kebimbangan. Jangan sampai engkau menyesal dan meratapi nasib karena tidak tepat memilih atau tidak mendapatkan gadis idaman.

Muslimah
Gambar: unsplash.com
Jika pernikahanmu gagal, ketahuilah, engkaulah yang paling bertanggung jawab, karena engkau tidak memiliki tujuan yang jelas dan memilih pasangan hidup secara sembrono atau tergesa-gesa. Jangan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Engkau sendiri yang memilih gadis itu untuk menjadi istri.

Jika engkau benar-benar ingin mendapatkan istri yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat, marilah kita kenali sifat-sifat istri tersebut.

1. Salehah

Istri salehah adalah pilar asasi kehidupan yang tentram dan bahagia. Walaupun seorang laki-laki sangat sehat, kuat, dan memiliki banyak harta, kebahagiaannya takkan sempurna tanpa adanya istri salehah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Setelah ketakwaan, tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi seorang laki laki daripada istri salehah. Jika dia melihat istrinya, istrinya itu menyenangkannya; jika dia menyuruh, istrinya itu mematuhinya; jika dia memberi, istrinya itu berterima kasih; dan jika dia pergi, istrinya itu menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah)

Sifat terpenting yang dicari laki-laki pada seorang perempuan adalah mulia, menjaga diri, dan beragama. Laki-laki yang bejat dan keji sekalipun, takkan ragu-ragu menerima perempuan yang mulia, menjaga diri, dan beragama. Walaupun dia telah melakukan hal-hal yang diharamkan Allah dengan wanita lain, dia hanya mau menikah dengan wanita yang mulia, menjaga diri, dan beragama. Sebab, dia percaya, hanya wanita seperti ini yang mampu menjaga diri.

Wanita dengan sifat-sifat demikianlah yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk kita peristri. Beliau bersabda,

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita dinikahi karena empat hal; harta, kecantikan, kehormatan, dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, pasti engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Istri salehah adalah penenang dan penolong dalam masalah agama dan dunia. Sebab, dia akan bersikap dan berperilaku di depanmu berdasarkan rasa takut kepada Allah dan pengetahuan bahwa keridhaan suami merupakan salah satu penyebab keridhaan Allah kepadanya.

2. Akhlak Mulia

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya, “Apakah hal yang terbaik yang diberikan Allah kepada manusia?” Beliau menjawab, “Akhlak mulia.” (HR. Ibnu Hibban)

Akhlak mulia adalah tanda keimanan yang membuat istri takkan menyakiti suami, karena dia mengetahui bahwa berhias dengan akhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela adalah ibadah yang paling utama kepada Allah. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dengan akhlak mulia, manusia akan mendapatkan derajat yang tinggi dan posisi yang mulia di akhirat, meskipun dia tidak terlalu giat beribadah. Dan, dengan akhlak yang jelek, dia akan mendapatkan tempat yang terdalam di neraka Jahannam.” (HR. Ath-Thabarani)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Akhlak mulia membuat seorang mukmin mendapatkan derajat yang sama dengan derajat orang yang rajin shalat sunnah di malam hari dan puasa sunnah di siang hari.” (HR. Abu Dawud)

Sebuah kata mutiara menyatakan, “Akhlak mulia itu ringan, yaitu wajah yang ceria dan perkataan yang lembut.”

3. Keturunan

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mewasiatkan kita untuk memilih istri salehah. Beliau bersabda, “Cermatlah dalam memilih istri yang akan menerima nuthfah-mu (sperma), sebab sifat orangtua sangat berpengaruh pada anak.” (HR. Ibnu Majah)

Beliau melarang kita terpikat oleh wanita cantik yang berasal dari keluarga yang buruk. Beliau bersabda, “Jauhilah khadraa’ ad-diman.” Para sahabat bertanya, “Apakah khadraa’ ad-diman itu?” Beliau bersabda, “Wanita cantik dari keluarga yang buruk.” (HR. Ad-Dailami dan Ad-Daruquthni)

Selain harus menghindari wanita dari keluarga yang buruk, kita juga harus menghindari wanita yang terdidik secara buruk. Di dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Manusia adalah watak dirinya plus sifat warisan dari orangtuanya. Budi pekerti yang buruk sama dengan sifat warisan yang buruk dari orangtua.” (HR. Al-Baihaqi)

Terkadang, ada gadis salehah dan berakhlak baik, padahal orangtuanya tidak terhormat. Apakah gadis ini tidak boleh dipilih menjadi istri?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (An-Najm: 38)

4. Perawan

Islam menganjurkan kita untuk menikahi perawan, sebab perawan lebih mencintai dan menyayangi suaminya daripada janda. Ini adalah watak yang ditanamkan pada diri manusia.

Di dalam hadits dari Jabir Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

عليكم بالأبكار فإنهن وتدأنتق أرحاما وأعذب أفواها وأرضى باليسير (رواه الن ماجه، والطبرانى)

“Carilah istri yang masih perawan. Sebab, rahim mereka lebih subur, mulut mereka lebih lembut, tipu dayanya lebih sedikit, dan lebih ridha menerima penghasilan yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabarani) 

Jabir Radhiyallahu Anhu menikah dengan janda. Lalu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi perawan, yaitu wanita yang dapat kau candai dan bercanda denganmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Abu Hamid Al-Ghazali Rahimahullah berkata, “Perawan memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki janda. Pertama, perawan selalu sayang pada suaminya, sebab cinta yang paling mendalam biasanya pada suami yang pertama. Kedua, suami penuh perhatian padanya dan tidak merasa risih padanya, sebab orang biasanya risih pada wanita yang telah disentuh orang lain. Ketiga, ridha dan menerima kondisi suaminya apa adanya, karena dia belum melihat bandingannya. Sedangkan janda yang punya pengalaman dengan laki-laki lain dan telah melihat sifat-sifat suami pertamanya, biasanya tidak menerima beberapa hal yang berbeda dengan pengalamannya terdahulu.”

5. Cantik

Kecantikan itu relatif. Artinya, wanita yang cantik menurut satu orang terkadang tidak cantik menurut orang lain. Tapi, yang pasti, jika kecantikan menjadi alasan utama dalam pernikahan, tanpa mempertimbangkan sifat penting lainnya, maka pernikahan itu pasti menuai kegagalan, sebab kelanggengannya sangat bergantung kepada kecantikan, padahal kecantikan wanita pasti menyusut karena kehamilan, melahirkan, dan peningkatan usia.
Kecantikan bukan tidak penting bagi kehidupan rumah tangga. Tapi, menjadikannya sebagai prioritas pertama tanpa memandang sifat-sifat lain yang penting, itu menunjukkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman yang dangkal.

Imam Al-Ghazali Rahimahullah mengatakan: Perintah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita memprioritaskan agama tidak berarti kita tidak boleh mementingkan kecantikan atau harus menutup mata darinya sama sekali. Yang dilarang adalah mementingkan kecantikan dengan mengabaikan agama, karena kecantikan biasanya diutamakan orang tidak mengerti hakekat pernikahan dan tidak mempertimbangkan agama. Itulah yang dilarang.

Kecantikan harus dipertimbangkan dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan kita untuk itu. Beliau bersabda, “Lihatlah dia, karena itu lebih mampu melanggengkan hubunganmu berdua.” (HR. Lima Imam Hadits kecuali Abu Dawud)

Hadits tersebut secara implisit menganjurkan kita untuk mencari wanita yang cantik dan menikmati apa yang dihalalkan Allah. Kecantikan wanita adalah tuntutan fitrah yang gunanya akan dirasakan sendiri oleh suami, yaitu memupus syahwatnya terhadap wanita cantik selain istrinya. Ini dapat membawanya kepada kebahagiaan di akhirat.

Wanita yang cantik memikat kalbu, sedangkan wanita yang baik memikat akal. Wanita yang cantik menjadi ratu di kerajaan kalbu yang selalu berubah, sedangkan wanita yang baik memiliki gudang kebijaksanaan dan pusat hakekat manusia, yaitu akal.

6.Berpendidikan, Cerdas, dan Pandai Mengurus Rumah Tangga

Agar tujuan pernikahan dapat tercapai, yaitu suami istri dapat bekerja sama dalam pelbagai aspek dan dapat saling memahami dengan mudah, maka faktor pengetahuan dan pendidikan adalah sebuah kemestian. 

Wanita yang tidak mengerti makna kata-kata yang dia ucapkan, dan melontarkannya secara sembarangan, cepat atau lambat pasti memanen hasil buruk dari hal tersebut. 

Sebuah ungkapan mengatakan, “Orang yang bodoh adalah musuh bagi dirinya sendiri.”

Seorang penyair pernah mendendangkan sebuah bait syair,
“Bila rumahmu tidak diurus wanita yang Cerdas, semua maslahatnya pasti kan hilang”

Imam Ahmad Rahimahullah mengatakan, “Kewanitaan ada pada setiap wanita. Tapi, kecerdasan tidak terdapat pada setiap wanita.”

7. Sepadan

Berdasarkan skala prioritas, kriteria istri salehah adalah sebagai berikut; beragama, cantik, berakhlak mulia, sehat, berasal dari keluarga yang baik, subur, cerdas, bijaksana, berwawasan luas, mahir dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. 

Sedangkan kriteria suami yang saleh adalah sebagai berikut; beragama, berakhlak baik, berharta, kuat, sukses, mulia, berwawasan luas, percaya diri, berani, sehat, tampan. 

Kriteria tersebut sulit terpenuhi semuanya, tapi sebagian besarnya bisa saja dipenuhi. Semakin banyak kriteria yang terpenuhi, dan semakin tinggi kesepadanan level pemenuhan kriteria-kriteria itu, peluang kesuksesan rumah tangga semakin besar. 

Beberapa penelitian medis menegaskan bahwa pernikahan dengan kerabat dekat terkadang menghasilkan keturunan yang lemah. Artinya, persentase munculnya penyakit-penyakit genetis lebih tinggi. 

Menikahi kerabat dekat boleh jadi dapat membuat putusnya tali silaturahim. Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Melarang pernikahan dengan wanita yang masih kerabat dekat karena khawatir hal itu menyebabkan putusnya silaturahim.” (Irsyad As-Saari li Syarh Al-Bukhari, karya Al-Asqallani) 

Diriwayatkan, Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu Anhum bahwa, “Tidak menyukai pernikahan antar kerabat dekat karena khawatir hal itu dapat menyebabkan dendam.”

Meskipun fakta-fakta seputar pernikahan antar kerabat dekat telah tersebar luas dan diketahui banyak orang, namun masih banyak orang di pedesaan yang masih mengekang kebebasan anak gadis mereka dalam memilih jodoh dan memaksanya untuk menikahi calon yang mereka kehendaki, dalam konteks ini sepupu si anak gadis itu sendiri.

Sebagai seorang gadis, dia akan malu mengutarakan pendapatnya. Tradisi masyarakat kita pun menganggap anak gadis tidak pantas membantah kehendak orangtua. Pernikahan seperti ini seringkali berujung kegagalan dan melahirkan berbagai problem.

Perbuatan ini tidak diajarkan agama, tidak bersandar pada dalil syar’i yang kuat, dan bukti pemahaman agama yang dangkal dan ketundukan kepada tradisi Jahiliyah. Karena itu, orangtua tidak berhak memaksa anak gadisnya untuk menikah dengan pria yang tidak dia sukai.



Disadur dari buku "Untukmu yang Akan Menikah & Telah Menikah", Karya Syaikh Fuad Shalih, terbitan Pustaka Al-Kautsar. 

Posting Komentar untuk "Kriteria Calon Istri Ideal Menurut Islam"