Urusan Materi Yang Dapat Merusak Keikhlasan (Dalam Pernikahan)
Calon mertua ngotot soal jumlah mahar yang sangat tinggi? Calon besan bersikeras meminta 'seserahan mewah? Resepsi yang diatur agar hadiah uang dari para tamu bisa 'mengembalikan modal'? Hati-hati. Urusan materi seperti ini bisa mengganggu keikhlasan niat pengantin putra dan putri...
Pada umumnya calon pengantin mengharapkan hari ketika aqad nikah dan resepsi pernikahan dilangsungkan sebagai hari yang paling menggembirakan, bukan? Tapi pada kenyataannya, banyak urusan materi yang dapat 'merusak' saat bahagia tersebut.
![]() |
Gambar: http://www.potbungadekorasi.com |
Di antara hal-hal yang dapat 'merusak' kebahagiaan hari pernikahan adalah:
MAHAR YANG TINGGI
Mahar adalah hak istri. Dia yang menentukan jumlahnya. Apa yang akan diberikan dan besarnya nilai mahar ditetapkan oleh seorang perempuan. Si suami akan menyerahkan mahar itu pada saat aqad nikah berlangsung. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surah An-Nisaa ayat 4, "Berikanlah mahar kepada wanita-wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."
Namun di banyak kawasan dan di sejumlah kalangan masyarakat Muslim, ada anggapan bahwa mahar yang tinggi mencerminkan 'nilai si perempuan. Ayah dan ibu si calon pengantin perempuan akan bangga kalau putri mereka mendapatkan mahar dalam jumlah sangat tinggi.
Demikian pula, sejumlah orangtua ikut menetapkan mahar yang tinggi bagi putrinya dengan alasan bahwa jika terjadi sesuatu di kemudian hari, misalnya si suami meninggal atau meninggalkannya, maka sang putri masih memiliki sesuatu yang berharga untuk menopang kehidupannya. Dengan sikap seperti ini, di sebagian kawasan, mahar tinggi menjadi kelaziman dan semakin banyaklah pemuda yang mengalami kesulitan untuk menikah karena tak punya cukup harta untuk membayar mahar. Padahal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Sebaik-baik seorang wanita adalah yang ringan maharnya."
'SESERAHAN' YANG MEMBERATKAN
Misalkan ada sebuah kasus:
Mahar sudah ditetapkan - sebentuk cincin dan seperangkat peralatan shalat - tapi calon pengantin pria tetap pusing tujuh keliling karena keluarga calon pengantin wanita menyatakan menunggu hadiah pernikahan alias seserahan dalam jumlah tak sedikit. Kalau dipenuhi semua permintaan itu, mungkin calon pengantin pria harus membawa semua barang itu dalam sebuah truk!
Orangtua calon pengantin pria tak hendak menolak permintaan itu karena memang orangtua calon pengantin perempuan adalah pejabat tinggi pemerintahan. Apa kata dunia jika keluarga calon pengantin pria 'hanya' memberikan hadiah pernikahan ala kadarnya? Orangtua calon pengantin pria berpikir, tentu akan sangat membanggakan bagi mereka memperlihatkan hadiah yang wah di hadapan para tamu kehormatan tersebut.
Tapi apakah pernikahan seperti ini yang dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Bukan. Sebenarnya, selain mahar, tak ada lagi pemberian yang wajib diberikan pengantin lelaki kepada pengantin perempuan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kesederhanaan dalam segala hal, termasuk dalam walimatul 'urusy. Sebisanya, bukan budget yang mengikuti besarnya acara, tetapi acaranya yang harus disesuaikan dengan besarnya budget yang tersedia. Sehingga pesta nikah tidak lalu "mewariskan" utang kepada keluarga baru yang bersangkutan.
ANGPAO PERNIKAHAN DIDAFTAR?
Dalam banyak penyelenggaraan acara pernikahan, di meja penerima tamu disediakan kotak untuk para tamu meletakkan amplop berisi uang yang dimaksudkan sebagaihadiah bagi pengantin. Yang membuat Sarah terkejut, ketika menghadiri pernikahan Khadijah temannya, adalah ketika melihat panitia penerima tamu menuliskan nomor urut pada buku tamu - pada amplop yang akan dicemplungkannya ke kotak hadiah. Sarah merasa "bersyukur" karena memasukkan uang dalam jumlah cukup tinggi. "Malu juga kalau ketahuan memberi hanya sedikit," demikian pikir Sarah.
Jadi Sarah yang semula hanya ingin memberi hadiah dengan ikhlas kepada kawannya, akhirnya tergelincir menjadi tidak ikhlas - merasa senang karena diketahui memberi banyak, dan berpikir akan malu kalau ketahuan memberi sedikit. Hadiah yang semula diberikan karena Allah berubah menjadi hadiah yang diberikan karena takut "apa kata dunia"?
Agaknya ada salah satu cara untuk melawan praktik buruk yang berkenaan dengan materi ini - sebaiknya tamu langsung memberikan hadiahnya kepada para pengantin saja deh!
Masih ada satu cerita menarik soal amplop pada pesta pernikahan. Ini pengalaman Andang, putra sulung seorang pengusaha retail terkemuka di Jakarta Timur. Sehari sesudah pernikahannya, Andang dan istrinya yang baru dinikahinya itu membuka beberapa kotak dan koper yang berisi amplop angpao. Setidaknya satu koper ternyata penuh dengan amplop kosong! Jadi ada tamu-tamu resepsi pernikahan Andang yang sebenarnya mungkin tak mampu memberikan hadiah uang bagi pengantin, karena itu lalu memberi amplop kosong!
Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Titis Kamilia
Posting Komentar untuk "Urusan Materi Yang Dapat Merusak Keikhlasan (Dalam Pernikahan)"