Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Muslimah Pintar Baca Buku

Allah menyatakan bahwa membaca adalah sarana bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya tidak ia ketahui. Bahkan perintah membaca ini ada dalam ayat pertama yang Ia turunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam yang artinya sebagai berikut:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Mahapemurah, yang mengajar (manusi) dengan perantara kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-5)

Gambar: http://www.vemale.com

RENDAHNYA MINAT BACA

Sangat disayangkan, meski Islam menaruh perhatian yang sangat besar kepada aktivitas membaca namun nampaknya minat baca masyarakat kita - dengan jumlah penduduk yang beragama Islam lebih dari 200 juta jiwa - secara umum masih terbilang rendah.

Meskipun pemerintah telah menetapkan 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional namun hal tersebut nampaknya tidak terlalu memberikan dorongan kepada masyarakat kita untuk lebih tertarik membaca. Bahkan Hari Buku Nasional itu pun tidak populer dibandingkan dengan momen-momen lain pada bulan yang sama.

Salah satu laporan Badan Pusat Statistik pada tahun 2006 misalnya, mengatakan bahwa 85,9% dari masyarakat kita memilih TV sebagai sumber utama mendapatkan informasi, 40,3% mendengarkan radio, dan hanya 23,5% yang menjadikan kegiatan membaca koran sebagai sarana mendapatkan informasi.

Berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Badan PBB Untuk Program Pembangunan (UNDP) pada 2002 tentang melek huruf, Indonesia berada pada posisi ke-110 dari 17y3 negara yang diteliti. Mirisnya pada tahun 2009 justru posisi Indonesia turun satu tingkat menjadi peringkat ke-111.

MENGAPA MEMBACA?

1. Sikap Syukur Atas Karunia Akal

Manusia adalah sebaik-baik makhluk karena akal yang Allah karuniakan kepadanya. Akallah yang membedakannya dari makhluk-makhluk Allah yang lain. Ibrahim El-Feky, seorang penulis dari Mesir yang tinggal di Kanada, mengatakan, "Akal manusia memiliki 150 miliar sel lebih. Dr. Michael R. Anastasio dari Universitas Harvard menegaskan bahwa untuk menghitung jumlah sel dalam otak dibutuhkan waktu lebih dari lima ribu tahun. Akal manusia lebih cepat dari cahaya. Ia punya kemampuan menyimpan lebih dari 2.000.000 informasi dalam satu detik...." Padahal, katanya kecepatan cahaya itu 186 mil/detik!

"Mata Anda memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 10.000.000 warna dengan cepat. Penciuman Anda memiliki kemampuan mengenal lebih dari 50.000 jenis bau-bauan dalam tempo yang singkat. Indra pengecap Anda memiliki kemampuan mengenali banyak benda yang dingin, hangat, manis, pahit, dan berbagai rasa lainnya. Kerja jantung Anda sangat mengagumkan. Meski tidak pernah Anda hitung, ia berdegup lebih dari 100.000 kali setiap hari. Jika energi Anda dialirkan ke satu negara maka dapat menghasilkan listrik selama satu minggu..."

Dengan kekuatan daya kerja otak sebesar itu dan energi sedahsyat itu, masihkah kita hendak menyia-nyiakan akal pemberian Allah kepada kita dengan sikap malas membaca?

2. Manusia Berpengetahuan

Allah mengutamakan orang beriman yang berpengetahuan daripada yang tidak berpengetahuan.

".... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)

selain itu, pengetahuan yang di antaranya didapat dari aktivitas membaca dan mengkaji adalah jalan bagi orang beriman untuk lebih dekat kepada Allah dan merasakan kebesaran-Nya, menumbuhkan rasa takut hanya kepada-Nya, serta senantiasa berharap hanya kepada-Nya.

Allah berfirman yang artinya sebagai berikut:
"....Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama..." (QS. Fathir: 28)

Aidh Al Qarni mengatakan, "Orang yang berpengetahuan luas adalah orang yang berpikiran bebas dan berjiwa teduh." Di bawah judul "Perbanyak Membaca dan Merenung," dalam bukunya, La Tahzan, beliau menulis, "Berpengetahuan luas, menguasai banyak teori kelimiahan, berwawasan luas, berpikir secara orisinil, memahami permasalahan, dan argumentasi pijakannya adalah sedikit dari sekian banyak faktor yang dapat membantu menciptakan kelapangan di dalam hati."

Tentang membaca, buku, beliau mengatakan, "Membaca buku adalah hiburan bagi orang yang menyendiri, munajat bagi jiwa, dialog bagi orang yang senang bercakap-cakap, kenikmatan bagi orang yang merenung serta pelita bagi orang yang berjalan di malam hari."

Menurut penulis produktif ini, semakin banyak pengetahuan itu diulang, dikuasai, dan disaring maka pengetahuan itu semakin banyak memberikan buah yang meranum dan tiba saatnya untuk dipetik. Sebaliknya, keengganan membaca dan menelaah adalah pembatasan nilai-nilai kepribadian, kelemahan dalam mencapai pengetahuan, dan kekeringan pikiran.

3. Gizi Bagi Pikiran

Baik itu gisi baik maupun gizi buruk, tergantung pada apa yang dibaca. Membiarkan otak tidak diberi asupan, berarti menelantarkan keperluan pikiran akan gizi dan membiarkannya 'kelaparan.' Karena pentingnya membaca, Aidh Al-Qarni sampai mengatakan, "Kita berlindung kepada Allah dari matinya keinginan, melemahnya tekad, dan mendinginnya semangat." Bahkan mengatakan bahwa hal itu adalah musibah dalam arti sebenarnya.

Beliau juga mengatakan, "Menelaah buku akan membukakan pintu otak dan akan memandunya ke arah pelajaran dan nasehat. Membaca buku akan memberikan bekal berupa hikmah." Beliau juga mengatakan bahwa aktivitas membaca akan meningkatkan kemampuan berpikir, memahami hakikat, dan menghilangkan keraguan (syubhat).

MEMBACA YANG BENAR?

1. Membaca yang Menggerakkan Pikiran

Seyogyanya, aktivitas membaca mendorong kita untuk berpikir. Semakin banyak membaca maka pikiran semakin banyak bekerja sehingga ia semakin terasah dan tajam. Pikiran yang bekerja secara  positif karena banyak membaca bacaan-bacaan yang mengandung pesan positif akan membawa sang pembaca meraih banyak pelajaran berharga dalam hidupnya. Aktivitas membaca yang demikian adalah aktivitas membaca yang dilakukan sepenuh hati. Sehingga apa yang dibacanya benar-benar memberikan inspirasi dan berbagai hikmah baginya.

Seorang beriman yang sering membaca dengan sepenuh hati ayat berikut misalnya, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6), maka pikirannya akan bekerja menanamkan pengetahuan itu dalam jiwanya dan pada saat ia menemui kesulitan, ia dapat menikmati buah pikirang itu, yaitu keyakinan bahwa bersama kesulitan yang ia hadapi, ada kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. Membaca dengan Tujuan Jelas

Salah satu yang membuat aktivitas membaca seseorang tidak membuahkan hasil adalah karena tidak adanya tujuan yang jelas dari aktivitasnya tersebut. Tujuan yang jelas dari aktivitas membaca, membuat pembaca lebih serius untuk dapat memahami apa yang ia baca karena apa yang ingin ia tahu dari bacaan tersebut, telah ia tentukan sebelumnya. Aktivitas membaca menjadi lebih terarah.

3. Membaca dengan Tekad Kuat

Aidh Al-Qarni di bawah sub judul Tekad Baja, menceritakan kisah seorang mahasiswa yang berasal dari salah satu negara Islam belajar di London dan tinggal di salah satu keluarga non Muslim untuk belajar bahasa. Mahasiswa itu seorang yang taat beribadah. Ia selalu bangun menjelang fajar lalu pergi ke tempat air dan berwudhu. Setelah itu ia pergi ke tempat shalatnya, melaksanakan shalat dan berdzikir. Seorang nenek yang tinggal di keluarga itu bertanya kepadanya, "Apa yang engkau lakukan?" Mahasiswa pun menjawab, "Agamaku memerintahkan aku untuk melaksanakan ini."

Si nenek bertanya lagi, "Tapi Tuhanku tidak akan menerima jika aku menangguhkan waktu shalat dari waktu yang telah ditentukan."

Si nenek pun menganggukkan kepalanya seraya berkomentar, "Sebuah tekad yang mampu menghancurkan besi baja." Dapatkah kita memiliki tekad seperti itu dalam hal membiasakan diri membaca?

PILIH-PILIH JENIS BACAAN

Bacaan bermuatan positif akan membantu akal untuk berpikir positif. Sebaliknya, bacaan-bacaan berrmuatan negatif akan mendorong akal untuk berpikir negatif. Ibrahim El-Feky, dalam bukunya, Quwwat al-Tafkir, mengatakan, "Dalam satu waktu akal manusia tidak bisa konsentrasi kecuali pada satu informasi. Kemudian ia menggeneralisasi informasi tersebut dan memperkuatnya dengan mencarikan bukti yang mendukungnya."

Maka, akal manusia apabila dijejali dengan bacaan-bacan positif dan mendekatkan dirinya kepada Allah maka hal itu akan menggerakkan pikiran-pikiran positifnya untuk bekerja, lalu membangun kreativitas serta menghidupkan jiwa spiritualnya. Dengan sendirinya, pikiran-pikiran negatif pun menyingkir. Dan begitu pula sebaliknya.

Bagi seorang beriman, bacaan yang akan menjadi pasokan bagi akalnya, hendaklah yang membantunya untuk lebih mengenal Allah dan mendekatkan dirinya kepada-Nya. Di bawah sub judul "Ilmu yang Bermanfaat dan Ilmu yang Membahayakan," Aidh Al-Qarni menulis, "Bergembiralah Anda dengan ilmu yang mengantarkan Anda kepada Allah."

Lalu mengutip ayat-ayat Al-Qur'an berikut:
"Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketatapan Allah, sampai haru berbangkit...." (QS. Ar-Rum: 56)

Sedangkan bagi orang-orang yang ingkar terhadap Allah maka pengetahuan mereka menurut pandangan Allah adalah sebagai berikut:

"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS. Ar-Rum: 7)

"Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya." (QS. An-Naml: 66)

"Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka..." (QS. An-Najm: 30)

Aidh Al-Qarni, mengatakan lagi, banyaknya buku di sejumlah perpustakaan-perpustakaan besar di dunia yang masyarakatnya kafir terhadap Allah, yang melalui buku-buku tersebut mereka hanya mengetahui alam yang bisa dilihat dan diindera saja, sementara pengetahuan tentang apa yang ada di balik alam semesta yang nampak sama sekali tak pernah menyentuh kesadaran mereka, maka ilmu tersebut pada hakikatnya tidaklah bermanfaat bagi mereka. Pengetahuan mereka itu akan bermanfaat bagi mereka jika mereka berhasil menemukan hakikat dari segala apa yang nampak, yaitu Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala.

APA YANG HARUS DAN PERLU DIBACA?

1. Al-Qur'an

Setiap orang yang hidup di bumi wajib mempelajari Al-Quran dan melaksanakan perintah-perintahnya. Akan tetapi, kebanyakan orang tidak mempelajari serta melaksanakan apa yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an. Padahal mereka umat Islam, yang menerimanya sebagai kitab Allah. Hal ini adalah akibat tidak berpikir tentang Al-Qur'an. Bagaimana pula jadinya apabila untuk sekadar membacanya saja "tidak sempat"?

Al-Qur'an, bukanlah buku biasa yang ditulis oleh manusia. Ia bukan hasil pikir manusia. Al-Qur'an adalah perkataan Allah yang Ia wahyukan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, secara bertahap. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan apa adanya kepada para sahabat. Mereka pun mendengar. Menghafal, mempelajari, merenungkan, dan mengamalkan Al-Qur'an, setiap kali disampaikan kepada mereka.

Mereka kemudian mengajarkannya lagi kepada anak-anak mereka, generasi setelah mereka dengan kajian, hafalan, serta pengamalan pula. Begitu seterusnya dari generasi ke generasi. Sehingga sampai kepada generasi kita sekarang ini, Al-Qur'an tiada mengalami perubahan sedikit pun. Karena di setiap generasi umat Islam, selalu ada orang-orang yang menghafalkannya.

Sampai sekarang pun, para penghafalnya bertebaran di seluruh dunia, bahkan di negara-negara yang tidak berbahasa Arab sekalipun seperti di negara kita ini, banyak yang penghafal Al-Qur'an.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memang menjamin kemudahan dalam membaca, mempelajari, dan menghafalkan Al-Qur'an. Sehingga Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab (buku) di dunia ini yang mudah dihafal oleh siapa pun yang hendak menghafalkannya, baik orang itu mengerti isinya karena mengerti bahasa Arab, atau pun tidak. Bahkan anak-anak sekalipun, seperti di pesantren Tahfizh Al-Qur'an di Solo misalnya. Anak-anak itu tentu tidak mengerti bahasa Arab namun mereka - dengan izin Allah mampu menghafal isi Al-Qur'an, surat demi surat, juz demi juz, termasuk surat-surat panjang sekalipun.

Pertanyaannya, mengapa umat Islam tak dapat bersatu sekarang ini sebagaimana zaman dahulu? Jawabannya jelas: karena kebanyakan umat Islam zaman sekarang tidak berpegang teguh pada ajarannya. Berinteraksi dengan Al-Qur'an ala akadarnya. Bahkan tak jarang yang "tidak sempat" membacanya.

Meski masih ada orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur'an sampai mereka menghafalkannya namun jumlah mereka dibandingkan dengan jumlah yang lalai terhadap Al-Qur'an, terlalu sedikit. Jika kita bertekad untuk memperbanyak interaksi kita dengan Al-Qur'an, lalu mengajak orang-orang yang kita sayangi untuk juga melaksanakan hal yang dicintai Allah tersebut, berarti kita telah ambil bagian dalam memperbanyak jumlah orang Islam yang ingin hidup bersama Al-Qur'an.

2. Kitab-Kitab Hadits

hendaklah setiap kita memiliki referensi kitab-kitab hadits. Karena hadits adalah sumber pengetahuan kedua setelah Al-Qur'an. Apabila belum mampu memahami kitab rujukan aslinya dalam bahasa asalnya, Arab, paling tidak memiliki buku terjemahannya.

Kitab hadits sangatlah banyak. Kitab hadits yang paling populer di kalangan ahli hadits dan menjadi rujukan utama adalah sembilan kitan kumpulan hadits yang dihimpun dan ditulis oleh sembilan ulama hadits. Mereka adalah Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasa'i, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Daud, Imam Ibnu Majah dan Imam Ad-Darimi.

Kita-kitab hadits tersebut memuat hadits (riwayat tentang perkataan, perbuatan atau sikap persetujuan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta atsar (riwayat tentang perkataan atau perbuatan) para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun paling tidak, setiap kita memiliki dua kitab hadits utama, yaitu dua kitab kumpulan hadits shahih, Shahih Bukhari yang ditulis Imam Al-Bukhari dan Shahih Muslim yang ditulis Imam Muslim.

3. Buku tentang Tauhid (Keimanan)

Yaitu, buku-buku yang membahas keimanan, yang juga sering disebut kitab tentang akidah Islam atau Tauhid karena inti ajaran Islam adalah beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, atau yang disebut tauhid (mengesakan Allah).

Membaca buku-buku ini berarti kita memberikan gizi baik kepada pikiran kita yang berfungsi menguatkan keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukankah tujuan hidup manusia itu pada hakikatnya adalah menghamba kepada-nya? Membaca buku-buku berkaitan dengan keimanan yang benar, membantu kita melaksanakan apa yang menjadi tujuan hakiki hidup kita itu.

4. Buku Tuntunan Ibadah dan Muamalah

Ibadah yang dimaksud di sini adalah ibadah dalam arti khusus atau yang disebut ibadah mahdhah, seperti shalat, zakat, puasa, dzikir, dan lain-lain. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah seluruh perilaku dan perbuatan baik seorang beriman yang ia kerjakan untuk meraih keridhaan Allah dan sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam pengertian umum, makan makanan yang halal dan baik (halalan thayyiban) adalah ibadah, selama itu dilakukan untuk mencari ridha Allah. Ibadah dalam arti khusus atau ibadah mahdhah ini, memiliki tuntunan khusus pula yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya kepada umat Islam.

Sementara mu'amalah adalah kajian mengenai bagaimana Al-Qur'an dan Al-Hadits menuntun umat Islam dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan makhluk Allah lainnya. Baik dengan sesama Muslim atau pun dengan non Muslim. Baik dengan teman atau pun terhadap musuh. Tuntunan Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits mengenai dua hal tersebut, ibadah dan muamalah, ditulis dan dikaji oleh para ulama kita dalam kitab-kitab Fiqh.

Kita sangat memerlukan merujuk kepada kitab-kitab (buku) fiqh ini karena setiap amalan ibadah kita akan diterima di sisi Allah apabila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita tak bisa menebak-nebak sendiri bagaimana melaksanakan ibadah mahdhah tersebut. Apabila kita memilih untuk menebak-nebak saja dan tidak mau mengetahui bagaimana tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam melaksanakan ibadah tersebut maka ibadah itu tidak akan diterima di sisi Allah.

Misalnya tentang shalat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "....wa shalluu kamaa ra-aitumuuni ushalli,..." yang artinya, "....dan shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat..." (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari, hadits no. 595)

5. 'Kitab' Alam Semesta Ciptaan Allah

Seorang Muslim, selain perlu membaca kitab atau buku penting, juga sangat perlu membaca 'kita' yang terbentang di alam semesta ini. Ciptaan Allah yang dapat ia lihat di sekitarnya.

Aidh Al-Qarni menulis di bawah sub judul "Bacalah Keindahan Alam Semesta", sebagai berikut. "Satu hal yang membuat hati menjadi lapang dan tenang adalah membaca keindahan ciptaan Allah yang Mahaagung di alam semesta, melihat serta menikmati "kitab yang terbentang" ini. Allah telah berfirman mengenai ciptaan-Nya itu."

Lalu ia memaparkan ayat-ayat Al-Qur'an berkaitan dengan apa yang dikatakannya itu.
"....lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah.,..." (QS. An-Naml: 60)

"Inilah ciptaan Allah maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah..." (QS. Luqman: 11)
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi..." (QS. Yunus: 101)
Dengan membaca 'kitab' Allah yang terbentang di alam semesta, lalu merenungi kebesaran Penciptanya, seorang hamba Allah akan semakin dekat dengan Sang Khalik

6. Sejarah

Al-Qur'an mengajarkan pentingnya mengetahui dan mengambil pelajaran dari sejarah, perjalanan umat manusia terdahulu. Bahkan Allah dalam Al-Qur'an sangat mendorong umat Islam untuk tak segan-segan melakukan perjalanan agar dapat melihat dan memperhatikan jejak umat manusia terdahulu di berbagai belahan bumi.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja). dan jauhilah thagut (sembahan lain selain Allah) itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (QS. An-Nahl: 36)

Membaca sejarah bagi orang mu'min bukan sekadar mengetahui sejarah dan menambah wawasan dari sejarah itu. Namun, ia bertujuan untuk mengambil pelajaran dari apa yang menimpa umat terdahulu. Bagaimana akibat yang harus diterima mereka yang mengingkari Allah dan para rasul Allah, serta bagaimana Allah menyelamatkan orang-orang yang mempertahankan dan memperjuangkan iman mereka.

"Kaum Tsamud dan Ad telah mendustakan hari kiamat. Adapaun kaum Tsamud maka mereka telah dibinasakan dengab kejadian yang luar biasa. Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka." (QS Al-Haqqah: 4-8)

Dari sejarah juga seseorang dapat mengambil pelajaran bagaimana orang-orang berjiwa tabah menghadapi segala macam ujian hidupnya, terutama dalam memperjuangkan agama dan mempertahankan akidah. Allah berfirman, mengisahkan para pemuda yang berlindung ke dalam gua dari kezaliman penguasa yang hendak memaksakan mereka untuk meninggalkan keimanan mereka kepada Allah. Para pemuda yang disebut di dalam Al-Qur'an sebagai Ashabul Kahfi.

"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia..." (QS. Al-Kahfi: 13-14)

Aidh Al-Qarni mengatakan, "Bacalah sejarah niscaya Anda akan mendapatkan cerita tentang orang-orang yang menderita, orang-orang yang terampas hak mereka, dan orang-orang yang mendapat musibah."

7. Biografi dan Buku Pengembangan Diri

Buku-buku yang membahas potensi dan pengembangan diri atau buku-buku biografi tokoh-tokoh penting dalam perjalanan sejarah manusia adalah termasuk buku-buku yang penting dibaca oleh orang yang ingin senantiasa meningkatkan kualitas dirinya dan terus membangun masa depannya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.




Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain

1 komentar untuk "Muslimah Pintar Baca Buku"

  1. dulu saya suka baca karena susah nemu bahan bacaan saat masih tinggal di papua.
    sekarang udh dikelilingi buku, kok jadi malah malas ya?!
    hehehe

    BalasHapus