Membangun Rumah Tangga Islami
Orang Amerika bilang, "Home sweet home." Orang Inggris bilang, "Home is where the heart is. Di mana hatiku berada, di situlah rumahku." Namun kita ketahui bahwa istilah broken home alias rumah tangga yang hancur berantakan juga berasal dari mereka yang berbahasa Inggris itu.
Tidak itu saja, sekarang ini bila mereka yang di Barat berbicara tentang home alias rumah dan family alias keluarga, maka mereka pun dengan segala "kecanggihan" ilmu sosial dan teknologi menciptakan berbagai konsep yang katanya "modern." Bila dulu extended family mereka terjemahkan sebagai keluarga besar yang mencakup ayah, ibu, anak-anak, nenek dan kakek, paman dan bibi, maka konsep keluarga mereka mencakup banyak format, termasuk same-sex parents.
![]() |
Gambar: http;//www.suara-islam.com |
Jadi, misalnya, ada seorang anak yang memiliki seorang ibu yang sudah diceraikan ayahnya, lalu si ayah hidup serumah dan seranjang dengan sesama lelaki karena ayah baru saja out alias menunjukkan jati dirinya sebagai homoseksual. Ada seorang anak yang tinggal dengan ibunya, pacar ibunya, serta mondar-mandir ke rumah ayah kandungnya yang juga tinggal bersama pacar barunya. Ada anak yang tinggal bersama ibunya dan pacar ibunya, yang juga seorang perempuan. Ada seorang anak yang tinggal bersama ibunya, dan ayahnya yang sudah berganti kelamin menjadi perempuan...dan seterusnya.
Kaum Muslimim sungguh istimewa karena Allah Mahapencipta dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan tuntunan sangat jelas tentang konsep keluarga dan rumah. Keluarga dan rumah adalah sesuatu yang bernilai suci dan mulia, karena merupakan sarana turunnya keberkahan dan rezeki, sarana beribadah menyembah Allah saja, sarana mencari surga-Nya, dan sarana mencari kebebasan dari api neraka. Allah Ta'ala dengan sangat tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Al-Qur'an Surah At-Tahrim: 6)
Berikut sebagian dari tuntunan membangun keluarga dan rumah tangga Islami yang diadaptasi dari tulisan seorang 'alim, Salih al-Munajjid, mengenai 40 ciri rumah tangga Islami.
MEMILIH ISTRI/SUAMI YANG BAIK
Lebih mudah memilih calon suami atau isteri yang cakep, kaya dan keren, daripada memilih mereka yang shalih dan shalihah demi membangun rumah tangga yang diridhai Allah Ta'ala. Tapi isteri dan suami yang shalih dan shalihah adalah salah satu sarana kita menuju surga, insya Allah. Jadi, mintalah dan pilihlah pasangan yang terbaik - ketaatannya kepada Allah.
Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Seorang istri yang beriman dan baik, yang membantumu dengan urusan dunia dan akhiratmu adalah harta yang paling berharga yang bisa seorang pria miliki." (HR. Baihaqi)
Kata beliay juga, "Salah satu (unsur) kebahagiaan adalah seorang istri yang baik, yang bila kamu melihatnya kamu merasa senang, dan ketika kamu pergi, ia dapat menjaga dirinya dan hartamu (karena sifatnya yang amanah). Dan salah satu dari (unsur) penderitaan adalah seorang istri yang buruk yang ketika kamu melihatnya, kamu merasa kesal, dia terus menyerangmu dengan perkataan buruk, dan ketika kamu pergi, kamu tidak dapat memercayai dirinya untuk menjaga hartamu maupun menjaga dirinya sendiri."
Hal yang sama berlaku untuk si perempuan ketika memilih suami. Ketika Anda memutuskan menerima si dia, pikiran yang selayaknya hadir di benak Anda adalah "Akan jadi ayah seperti apa dia?" Seorang ayah yang shalih insya Allah akan menurunkan anak-anak yang shalih pula. Barangkali dia tidak kaya atau terlalu tampan, tapi kalau dia lembut dan sabar kepada anak-anak namun tegas mendidik mereka, insya Allah dia akan menjadi ayah yang pandai mendidik dan membina anak-anaknya sendiri.
Ada sebuah kisah menarik dalam perbendaharaan sejarah Islam. Suatu kali seorang ayah Arab berkata kepada anak-anaknya, "Aku telah berbaik hati kepadamu bukan saja sejak kalian masih kecil atau sesudah kalian dewasa, tetapi bahkan sebelum kalian lahir!" Anak-anaknya berkata, "Betul Ayah, kau telah memperlakukan kami dengan baik semasa kami kecil dan sesudah kami dewasa. Tetapi bagaimana cara Ayah berbaik hati kepada kami bahkan sejak kami belum lahir?" Lalu kata si ayah, "Bukankah aku pilihkan untuk kalian ibu yang tidak akan pernah menghinakan atau merendahkan kalian?"
Membangun generasi Islami memang harus diawali "dari dulu!" dengan menyediakan ibu dan ayah yang bermutu, sehingga dengan izin Allah menurunkan pula anak-anak yang bermutu. Ibu dan ayah yang shalih dan shalihah-lah yang akan menurunkan anak-anak yang bermutu.
Lelaki dan perempuan beriman akan bersama-sama membangun sebuah rumah yang penuh iman dan taqwa, karena "Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur." (Al-Qur'an Surah Al-A'raf: 58)
PELIHARALAH KESUCIAN PERNIKAHAN
Ayah-ibu yang memelihara kesucian dan kehormatan mereka dan tidak mengumbar hawa nafsu insya Allah akan melahirkan anak-anak yang bersih pula. Ini tidak mudah. Kita berada dalam lingkungan yang memudahkan perzinahan dan sering kali meremehkan kesucian pernikahan.
Di tempat kerja atau di tempat lain di luar rumahm ada saja pria yang menggoda seorang perempuan meski tahu sudah bersuami bahkan beranak. Ada saja perempuan yang justru merasa tertantang untuk menggoda seorang pria yang ia tahu sudah beranak. Di tengah banjir godaan seperti ini, banyaklah berlindung kepada Allah dan ketatkan tali kasih sayang dengan suami/istri serta anak-anak.
SALING BELAJAR DAN BIMBING
Suami dan istri perlu saling menolong dan membimbing untuk menuju ketaatan yang lebih sempurna kepada Allah Ta'ala. Misalnya dengan cara:
- Saling memperkuat dan memperteguh iman.
- Saling mengingatkan untuk shalat tahajjud.
- Saling mendorong dan mengajak membaca Al-Qur'an.
- Saling membantu mengingat berbagai dzikir dan do'a.
- Saling mendorong untuk bersedekah.
- Saling mengajak membaca buku-buku Islam yang bermanfaat.
- Ikut membantu dan mengembangkan persahabatan dengan orang-orang yang shalih. Kalau seorang istri tahu bahwa suaminya baru berkenalan dengan seorang lelaki yang shalih, maka istri bisa mendorong suami untuk lebih akrab dengan mengadakan jamuan makan untuk mereka. Demikian pula sebaliknya.
- Saling melindungi dari lingkungan yang jahat dan menutup pintu ke arah maksiat
- Saling tolong menciptakan suasana yang bersih dan suci serta nyaman di dalam rumah. Seringkali televisi, radio, musik hingar-bingar membuat hati jadi rusuh dan kisruh - jadi suami dan istri perlu saling mengingatkan.
MENJADIKAN RUMAH TEMPAT IBADAH
Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Perbandingan rumah di mana Allah diingat dan rumah di mana Allah dilupakan adalah seperti membandingkan yang hidup dan yang mati." (HR. Muslim)
Suami-istri perlu menjadikan rumah mereka tempat di mana Allah selalu diingat, dengan cara - baik lewat hati, ucapan, doa, dengan bacaan Al-Qur'an, dengan diskusi mengenai masalah-masalah ummat, dan saling membacakan buku-buku Islam.
Berapa banyak rumah keluarga Muslim saat ini mati karena tidak ada kesempatan untuk mengingat Allah? Akan seperti apa nasib Muslim yang tinggal di rumah yang di dalamnya hanya terdengar gosip, musik hingar-bingar dan pertunjukan penuh maksiat?
Akan seperti apa para Muslim yang tinggal di rumah yang penuh dengan kejahatan dan dosa, free-mixing atau ikhtilat alias pergaulan bebas perempuan dan lelaki bukan mahram yang sembarangan saja keluar masuk rumah dan menabrak ketetapan Allah akan hijab. Bagaimana mungkin para malaikat akan berkenan masuk ke dalam rumah seperti itu?
MEMELIHARA KEBERSIHAN RUH ANGGOTA KELUARGA
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya shalat tahajjud di malam hari, dan ketika ia shalat witir dia akan berkata, 'Bangunlah dan shalat witir, wahai 'Aisyah'." (HR. Muslim)
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Semoga Allah ampuni orang-orang yang bangun di malam hari dan shalat, kemudian dia membangunkan (istri/suaminya) untuk shalat juga, dan jika dia menolak, dia cipratkan air ke wajah (suam/istrinya)." (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Masih banyak yang bisa dilakukan suami dan istri: saling mendorong untuk bersedekah, misalnya. Atay saling membantu untuk berpuasa sunnah.
MEMELIHARA DOA-DOA MENGENAI RUMAH
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim, "Jika salah seorang dari kalian memasuki rumahnya dan menyebut nama Allah dan ketika makan, setan akan berkata, 'Kita tidak memiliki tempat tinggal dan makan di sini.' Jika dia masuk dan tidak menyebut nama Allah, setan akan berkata, 'Kita memiliki tempat tinggal.' Jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan pun berkata, 'Kita memiliki tempat tinggal dan makan'." (Juga Ahmad dalam Al-Musnad)
Siapa yang mau tinggal serumah dengan setan?
MEMBACA SURAH AL-BAQARAH DI RUMAH
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda. "Jangan tenggelamkan rumahmu dalam kesunyian. Setan lari dari rumah di mana Surat Al-Baqarah dibacakan." (HR. Muslim)
MEMBANGUN PENGETAHUAN ISLAM
Ayat 6 Surah At-Tahrim yang dikutip di atas adalah prinsip dasar pengajaran dan pendidikan Islam dalam sebuah keluarga. Allah memerintahkan kepada keluarga untuk menyuruh anggota keluarga mereka melakukan yang baik, dan mencegah dari yang jahat.
Karena berbagai aktivitas kerja dan komitmen lainnya, tidak jarang seorang imam rumah tangga justru lupa menyediakan waktu untuk mendidik anak-anak dan istrinya. Maka perlu sekali bagi seorang ayah dan seorang ibu untuk kemudian menyediakan waktu khusus mengaji bersama anak-anak, bahkan anggota keluarga lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu terbiasa menyediakan waktu belajar khusus untuk kaum perempuan, sesudah beliau mengajar dan mendakwahi serta membina kaum lelaki.
Buatlah perpustakaan keluarga - yang diisi buku-buku yang akan Anda dan keluarga baca. Bukan buku-buku yang dipajang agar para tamu melihat bahwa Anda pintar dan berpendidikan tinggi.
Pilihlah sudut yang paling nyaman dan bersih di rumah Anda untuk perpustakaan keluarga Anda. Anak-anak akan senang berdiam di sudut itu untuk membaca. Jangan Anda pikir bahwa mereka hanya akan mau membaca komik! Kalau Anda tampak nikmat dan asyik membaca buku-buku bermutu, misalnya sirah alias sejarah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta para sahabat, maka si kecil akan ingin merasakan keasyikan yang sama.
Pastikan bahwa di perpustakaan Anda tersedia Al-Qur'an dengan terjemahannya, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Sa'di, Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi, buku-buku sirah seperti Ar-Rahiq al-Makhtum oleh al-Mubarakpuri, dan banyak lagi. Pergilah ke toko-toko buku Islam di kota Anda - bukan sekadar toko buku paling besar dan paling terkenal - tapi toko buku yang para petugasnya adalah orang yang membaca buku yang mereka jual dan bisa menjelaskan isi berbagai buku itu dan apa yang sebaiknya Anda pilih.
Pastikan pula perpustakaan Anda memiliki koleksi rekaman audio-visual berbagai pembahasan tentang Islam. Tahukah Anda betapa asyiknya melihat rekaman debat antara seorang 'alim bernama Dr. Ahmed Deedat (alm) dengan pendeta, dan debat antara Dr. Zakir Naik juga dengan seorang pendeta?
MENGUNDANG ORANG-ORANG YANG SHALIH KE RUMAH
Ada seorang ustadz baru di kampung atau di kompleks rumah Anda, yang Anda tahu berilmu luas sesudah belajar dari berbagai pusat pendidikan Islam. Mengapa tak Anda undang ke rumah untuk sekadar minum teh dan snack, lalu Anda ajak berdiskusi bersama suami/istri Anda dan anak-anak?
Dalam Al-Qur'an disebutkan, "Ya Rabbku, ampunilah aku, ibu-bapakku, dan siapapun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman, laki-laki dan perempuan..." (Qur'an Surah Nuh: 28)
Jika orang-orang beriman memasuki rumah Anda, mereka akan membawa masuk cahaya -nur - dan banyak manfaat karena percakapan Anda dan berdiskusi dengan mereka.
Kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kalau seseorang berteman dengan pedagang minyak kasturi yang harum, maka keharuman itu akan menempel pada diri dan pakaiannya. Kalau berteman dengan tukang besi, maka yang menempel adalah bau dan debu. Jadi, bertemanlah dengan orang-orang yang baik.
MEMPELAJARI ADAB DAN HUKUM ISLAM TENTANG RUMAH
Termasuk di dalamnya adalah mendirikan shalat di rumah bagi kaum perempuan dan di masjid untuk para bapaknya.
Termasuk pula menegakkan adab seperti selalu meminta izin untuk memasuki rumah. Kata Allah di dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. Dan jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu 'Kembalilah!' Maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih suci bagimu..." (Qura'an Surah An-Nuur: 27-28)
Termasuk pula mendidik anak dan pembantu untuk tidak pernah memasuki kamar orangtua tanpa izin pada waktu-waktu tertentu dalam sehari. Ini demi menghindarkan mereka dari melihat hal-hal yang tak seharusnya mereka lihat.
Biasakan pula untuk tidak pernah mengintip dam mencuri pandang ke rumah orang lain. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan mengizinkan orang mencongkel mata seseorang yang mengintip ke dalam rumah. Jangan biarkan seseorang anggota keluarga - anakkah, nenekkah, pembantukah - untuk tidur semalam sendirian. Ini dilarang oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
PARA LELAKI, TINGGALLAH DI RUMAH!
Anda mengira Islam menyuruh hanya perempuan saja yang tinggal di rumah. Tidak. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mendorong kaum lelaki untuk banyak berada di rumah - sesudah komitmen pekerjaan mereka tunaikan - demi memastikan kepemimpinannya berjalan baik. Dengan banyak berada bersama keluarga, seorang ayah dan suami bisa terus mengawasi dan menyayangi keluarganya.
MEMPERHATIKAN DENGAN SEKSAMA
Para suami dan istri, para ayah dan ibu, perlu bersikap waspada dan mengawasi betul apa saja yang terjadi di rumah mereka dan melibatkan siapa saja. Mereka harus tahu, misalnya:
- Dengan siapakah anak-anak berteman?
- Kenalkah Ayah atau Ibu dengan teman anak-anak?
- Apa yang anak-anak bawa pulang dari luar?
- Ke mana anak pergi, dan dengan siapa?
Betapa banyak orangtua dewasa ini yang tidak tahu bahwa anak-anak mereka menyimpan berbagai gambar dan film porno, obat bius, dan menyembunyikan kemaksiatan lainnya. Mereka yang mengabaikan anak-anak mereka tidak akan dilepaskan dari tanggung jawab pada Hari Perhitungan, tidak pula mereka dapat melarikan diri dari kengerian Hari Hisab. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Allah akan bertanya kepada setiap gembala (atau orang yang bertanggung jawab) tentang umatnya (orang-orang yang ia bimbing), apakah dia merawat atau mengabaikannya, sampai Dia bertanya pada para pria tentang rumah tangganya." (HR. An Nasa'i dan Ibnu Hibban dari Anas)
Namun pengawasan harus pula dilakukan secara halus, tidak boleh ada kesan atau suasana menteror, anak tidak boleh sampai merasa bahwa dia tidak dipercaya. Demikian pula, nasihat dan hukuman harus diberikan dengan terukur, sesuai tingkat usia anak, tingkat pemahaman dan sejauh mana kesalahan yang dia lakukan.
MENGAJARI ANAK DENGAN PERHATIAN DAN KASIH SAYANG
Mulailah dengan mengajar anak membaca Al-Qur'an, menghafalkan dan memahami kata-katanya, serta membacakan untuk mereka kisah-kisah Islam. Tidak ada yang lebih indah daripada ayah dan anak yang bersama-sama membaca Al-Qur'an, melakukan kajian yang sederhana, menawarkan imbalan untuk hafalan surah-surah tertentu. Banyak anak kecil yang hafal Surah Al-Kahf dari sekadar mendengar surah tersebut dibacakan berulang kali oleh ayah mereka setiap hari Jum'at.
Anda dapat mengajar anak-anak dasar-dasar aqidah Islam Anda bisa mengajar anak-anak adab-adab dan kewajiban utama dalam Islam, misalnya untuk makan, bersin, salam, meminta izin untuk masuk dan seterusnya.
Tidaj ada yang lebih menarik maupun lebih efektif untuk anak-anak daripada menceritakan kisah-kisah Islam, seperti kisah Nabi Nuh alaihissalam dan bencana banjir yang menimpa kaumnya. Atau kisah Nabi Ibrahim alaihissalam dan bagaimana ia memecahkan berhala dan dilemparkan ke dalam api. Juga kisah Nabi Musa alaihissalam yang ditenggelamkan dan diselamatkan dari Firaun...dan seterusnya. Juga kisah Rasululla Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti awal dari misi dan hijrahnya; beberapa perang memperjuangkan Islam seperti Perang Badar dan Perang al-Khandaq. Ceritakan pula kepada mereka kisah para Sahabat seperti kisah 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu dengan anak-anak yang kelaparab dalam sebuah tenda. Banyak, banyak sekali yang bisa Anda ceritakan kepada anak-anak dari Al-Qur'an dan khazanah kekayaan Islam berupa hadits dan sirah.
DOAKAN ANANDA
Ucapkanlah bismillah dan katakanlah "Rabbana hablana min azwajina wa dhurriyatina qurrata a'yun, waj'alna lil muttaqina imama. Ya Rabb kami, karunikanlah kepada kami dari pasangan dan anak-anak kami penyejuk mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa."
Masih ada banyak sekali tips membangun rumah Islami, yang akan Anda peroleh dengan banyak membaca. Allahu a'lam bishshawwab.
Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Adzimattinur Siregar dan Santi Soekanto
Posting Komentar untuk "Membangun Rumah Tangga Islami"