Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Berumah Tangga Dengan Mulia

Miitsaaqan ghaliizhaa atau perjanjian yang kuat merupakan frasa yang hanya tiga kali muncul dalam Al-Qur'an. Di dalam Surat An-Nisaa' ayat 21 di atas, miitsaaqan ghaliizhaa yang dimaksud adalah perjanjian berupa akad nikah, dengan nama Allah, atas Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dua miitsaaqan ghaliizhaa yang lain adalah perjanjian besar antara Allah dan Bani Israil sampai-sampai Allah mengangkat gunung Thursina ke atas mereka dan perjanjian Agung antara Allah dan Rasul-rasul-Nya, mengenai kesanggupan para Rasul untuk menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. Karena itu, sepatutnyalah seseorang yang beriman, berusaha teguh menepati perjanjian akad nikah seolah-oleh gunung Thursina pun diangkat ke atas kepala mereka saat ijab qabul. Sepatutnyalah mereka menghormati dan menjaga perjanjian ini sebagaimana para Rasul menghormati dan menjaga perjanjian agung untuk menyampaikan agama Allah kepada umat-umatnya.

Gambar: http://www.kunyadu.com
Untuk menjaga perjanjian yang kuat ini, diperlukan pembelajaran seumur hidup yang tidak henti-hentinya. Beelajar dari firman-firman Allah dalam Al-Qur'an, belajar bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjaga rumah tangganya, belajar dari orang-orang yang bijak dan berilmu di sekitar kita, dan tentu saja belajar dari pasangan hidup kita.

BUKAN JATUH CINTA, TETAPI MENUMBUHKAN CINTA

Ingatkah Anda dengan kisah Cinderella? Saat dia pertama kali bertemu dengan sang pangeran di pesta dansa, keduanya pun segera jatuh cinta. Dengan segala rintangan akhirnya pangeran berhasil menemukan, menikahi dan memboyong Cinderella ke istananya. Dan kemudian mereka hidup bahagia selamanya.

Disadari atau tidak, banyak dari kita menelan bulat-bulat kisah-kisah romantis semacam ini dari kita masih kecil sampai remaja, bahkan setelah dewasa. Sehingga tidak sedikit, bahkan banyak perempuan Muslim yang tumbuh dengan angan-angan bahwa suatu saat mereka pun akan menemukan "pangeran tampan" yang akan jatuh cinta kepada mereka pada saat pandangan pertama, memboyong mereka dan kemudian hidup bahagia selamanya.

Padahal dalam Al-Qur'an Surah Ar-Ruum ayat 21, Allah berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenismu sendiri, agar kalian menentramkan diri kepadanya, dan Dia jadikan antara kalian, -suami dan istri- mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Al-Qur'an Surah Ar-Ruum: 21).

Kata 'Dia jadikan' di sini mencerminkan bahwa cinta dan kasih sayang itu tidak datang saat pandangan pertama. Tapi merupakan suatu proses yang diusahakan dan diperjuangkan oleh pasangan. Suatu proses menumbuhkan cinta dan komitmen yang kekuatannya datang dari doa yang tak henti-hentinya kepada Allah untuk selalu menumbuhlan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga kita dan juga doa yang tak henti-hentinya kepada Allah agar Dia selalu memberikan keberkahan dalam rumah tangga kita.

RUMAH TANGGA YANG DIBERKAHI ALLAH

"Semoga bahagia selalu!", "Semoga pernikahannya kekal dunia akhirat", "Selamat menempuh hidup baru", "Semoga banyak anak dan banyak rejeki ya!"

Berbagai doa dipanjatkan untuk pengantin baru. Tetapi mendengar berbagai doa-doa di atas patutlah hati kita ketar-ketir sebagaimana hati 'Aqil bin Abi Thalib saat mendengar para tamu mengucapkan selamat kepadanya saat dia menikahi seorang wanita dari Jasyam dengan ucapan jahiliyah: "Birafa' wal banin (semoga bahagia dan banyak anak)"

'Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata: "Janganlah kalian ucapkan demikian! Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang ucapan demikian." Para tamu bertanya: "Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Abu Zaid?" 'Aqil menjelaskan: "Ucapkanlah Barakallahu lakum wa Baraka 'Alaykum, wa jama'a bainakuma fii khaiir' (Semoga Allah karuniakan berkah kepadamu, dan semoga ia limpahkan berkah atasmu dan semoga ia himpun kalian berdua dalam kebaikan). Demikianlah ucapan yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Ibnu Abi Syaibah).

Di dalam bukunya "Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta", Salim A. Fillah menjelaskan perbedaan makna 'kepadamu' dan 'atasmu' pada doa di atas. Yang pertama, yaitu kepadamu mempunyai arti agar keberkahan ada pada hal-hal yang kita suka. Sementara yang kedua, yaitu atasmu mempunyai arti agar keberkahan pun ada pada hal-hal yang tidak kita sukai. Yang satu bersumsumkan hal yang 'baik' dan yang lain membawakan makna hal yang 'buruk'.

Maksud adanya keberkahan dalam hal-hal yang kita sukai adalah bahwa berbagai kenikmatan, kesenangan, tawa, kemesraan, rezeki yang berlimpah dan berbagai hal indah di dunia yang diberikan Allah tidak membuat kita menjadi lengaj atau lalai dari mengingat Allah, tidak membuat kita lalai dari beribadah kepada-Nya. Justru berbagai kesenangan dunia tersebut membuat kita semakin bersyukur kepada-Nya.

Sementara keberkahan dalam hal-hal yang tidak kita sukai berarti bahwa dalam segala kesusahan, penderitaan, tangis, pertengkaran, dan berbagai cobaan di dunia yang diberikan Allah tidak membuat kita menjadi berburuk sangka atau ingkar pada Allah. Berbagai cobaan tersebut justru membuat kita menjadi lebih dekat dan lebih sering mengingat Allah. Berbagai cobaan tersebut justru menjadikan kita sedikit banyak menjadi orang yang lebih bersabar. Karena Allah, dan untuk Allah.

Untuk itulah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Menakjubkan sungguh urusan orang beriman. Segala perkaranya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali pada orang-orang beriman. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Jika ditimpa musibah dia bersabar, dan sabar itu baik baginya." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Bagaimana cara membangun rumah tangga yang dihiasi dengan keberkahan Allah? Bagaimana cara menjadi pasangan yang lebih banyak bersabar dan bersyukur? Allah berfirman dalam surat Al-A'raaf ayat 96: "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan bukakan atas mereka pintu-pintu barakah dari langit dan bumi..."

Jadi, hiasilah rumah tangga kita dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah yang Mahapenyayang. Sehingga keberkahan Allah selalu menemani kehidupan rumah tangga kita dalam tawa atau tangis, keadaan kaya atau miskin, kebahagiaan atau kesusahan. Beriman dan bertakwalah. Sehingga segala perihal yang terjadi dalam rumah tangga tidaklah menambah kecuali kesabaran dan rasa syukur kepada Allah.

HAK SUAMI PADA ISTRI

Inilah jihad seorang wanita. Memenuhi hak suaminya. Sementara mereka, para suami, berjihad dengan berhadap-hadapan langsung dengan kibasan pedang musuh yang berkiblat, merasakan perihnya peluru panas memasuki tubuh atau bahkan berhadapan langsung dengan kematian. Maka jihad kita, seorang istri, adalah mematuhi suami dan memenuhi hak-haknya.

Ada seorang wanita menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba di hadapan beliau, si wanita langsung berkata, "Rasulullah, saya ini utusan kaum wanita. Saya bermaksud menanyakan perihal jihad fii sabilillah. Allah Ta'ala mewajibkan jihad kepada kaum pria. Kaum pria memperoleh pahala yang besar karenanya. Bila syahid, ia tetap hidup di sisi Allah. Kami, kaum wanita, juga ingin mendapatkan keutamaan seperti itu. maksud saya, apa bagian kaum wanita dalam jihad?"

"Sampaikanlah pesanku ini kepada semua wanita yang kamu temui. Sesungguhnya menaati dan mengakui hak-hak suami pahalanya sepadan dengan jihad. Namun hanya sedikit kaum wanita yang mengamalkan hal tersebut," jawab beliau. (HR. Al-Bazzar)
Hanya sedikit kaum wanita yang mengamalkan hak-hak suami, sabda beliau. Karena sedikit, maka pasti sulit. Karena pahalanya setara dengan jihad fii sabilillah, maka pasti tak mudah. Untuk itu, bekal kita memasuki gerbang pernikahan pun mesti tak kalah dahsyatnya, yaitu Iman dan Takwa hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga bersama dengan kesulitan, maka Allah berikan kemudahan. Kemudahan dalam bentuk keberkahan bernama Sabar dan Syukur.

Sebelum itu, yuk kita pelajari dan amalkan apa saja hak suami yang merupakan kewajiban istri untuk ditunaikan, agar insya Allah kita dihitung sebagai bagian dari sedikit kaum wanita yang diberikan keutamaan oleh Allah sebagaimana orang yang berjuang di jalan-Nya.

1. Mematuhi Suami Selama Perintah dan Keinginannya Tidak Bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah

Ciri istri shalihah ialah cintanya karena takut kepada Allah, hartanya ialah kerelaan menerima pemberian Allah, perhiasannya ialah kemurahan hati dengan apa yang ia miliki, ibadahnya ialah berkhidmat kepada suami dengan baik, dan hikmahnya ialah mempersiapkan diri menghadapi kematian.

Tidak banyak. Empat syarat saja bagi seorang wanita agar bisa masuk surga dan memasukinya dari pintu mana saja. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bila seorang wanita shalat fardhu yang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya, 'Masuklah kamu ke surga dari pintu mana saja yang kau suka." (HR. Ahmad)

2. Bersabar Terhadap Kekurangan Suami

Galak, terlalu banyak menuntut, bukan pendengar yang baik, terlalu kaku, lebih senang mengutak-ngatik motornya daripada bercanda gurau dengan istri, berantakan, terlalu mudah khawatir, terlalu mengekang kebebasan, terlalu banyak mengkritik, tidak sensitif terhadap keinginan istri, mengeluh bila diminta membantu urusan rumah tangga dan masih berjubel banyaknya kekurangan yang mungkin ada pada diri seorang suami.

Kadang, mudah sekali bagi seorang istri bila diminta untuk membuat daftar berisi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri suami. Tetapi, jangan lupa mungkin daftar yang kita miliki lebih panjang. Lagipula, selama isi daftar tersebut tidak berisi hal-hal yang bersifat mengingkari Allah dan perintah-Nya, maka bersabarlah. Karena itulah salah satu hak suami yang harus kita tunaikan. Karena bersabar terhadap kekurangannya merupakan suatu hal yang diganjar dengan pahala yang besar oleh Allah.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapapun wanita yang bersabar dalam menghadapi keburukan perilaku suaminya, Allah akan memberinya pahala seperti pahala yang diberikan kepada Siti Asiah, istri Fir'aun." (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, "Maukah kuceritakan tentang wanita-wanita ahli surga?" Para sahabat menjawab, "Mau ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Yaitu wanita yang pengasih dan banyak anak. Apabila diperlakukan tidak baik atau dimarahi suaminya, ia berkata, 'Ini tanganku berada di bawah tanganmu. Aku tidak bisa memejamkan mata sampai kamu ridha kepadaku." (Hr. Ath-Thabrani).

3. Memperlakukan Suami dengan Baik dan Menyadari Kemampuan Suami

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapapun wanita yang bermuka masam di depan suaminya akan dibangkitkan dari kubur dengan muka hitam." (HR. Abdurrahman bin 'Auf).

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pun pernah bersabda bahwa siapapun istri yang berlaku aniaya terhadap suaminya, meminta sesuatu di luar kesanggupan suami, serta menyusahkan suaminya, maka ia dilaknat oleh Malaikat Rahmat dan Azab. Na'udzubillah. Karena itu ya ukhti, bersabarlah, bersabarlah dan kemudian bersyukutlah.

4. Meminta Izin Suami

Merupakan kewajiban bagi seorang isteri untuk meminta izin kepada suami bila akan keluar rumah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapapun isteri yang keluar rumah tanpa izin suaminya, niscaya ia berada dalam laknat Allah Ta'ala hingga ia pulang ke rumahnya atau hingga suaminya ridha kepadanya." (HR. Al-Khathib)

5. Berdandan dan Berhias Diri untuk Suami

Bukan putih, tinggi atau kurus layaknya bintang iklan kok. Anda adalah istrinya yang pasti selalu terlihat menarik di matanya. Tak perlu dandanan yang seronok dan merepotkan. Cukup dengan rapi, indah dan wangi. Rambut dan baju yang tersisir dan terlihat indah dan rapi, ditambah wangi-wangian yang khusus dipakai bila sedang bersama suami. Dan bagi suami, Anda pun, insya Allah seperti layaknya bidadari. Sebaik-baik wanita dalah istri yang bila dipandang, membuat suaminya senang.

HAK ISTRI PADA SUAMI

Tak hanya suami, istri pun mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya, sebagaimana Allah berfirman, "...Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut..." (QS. Al-Baqarah: 228). Apa saja?

1. Suami Mempunyai Kewajiban untuk Memperlakukan Istri dengan Baik

Sebagaimana istri berkewajiban untuk berbuat baik kepada suami, suami pun berkewajiban untuk berbuat baik pada istrinya. Hal ini secara khusus diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam al-Qur'an surat an-Nisaa': 19, "Dan bergaulah dengan mereka (istri-istrimu) secara ma'ruf." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri.." (H1. At-Tirmidzi).

2. Memberi Istri Nafkah yang Halal

Nafkah yang halal adalah hak seorang istri. Untuk itu janganlah menuntut nafkah yang berlimpah pada suami Anda, tetapi tuntutlah nafkah yang halal, karena "Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, neraka lebih pantas untuknya." (HR. At-Tirmidzi). Na'udzubillah.

3. Suami Wajib Bersikap Lemah Lembut dan Sabar Terhadap Istri dan Meluruskan Kesalahan Istri dengan Baik

Dikisahkan bahwa seorang dari pedalaman Arab datang ingin menghadap Umar bin Khattab. Orang itu berharap Umar akan memberikan nasehat dan jalan keluar atas persoalan rumah tangga yang tengah dihadapinya. Berharap pula Umar sebagai khalifah mau memberi pelajaran kepada istrinya yang dinilainya sudah sangat keterlaluan. Sebagai suami ia merasa sudah tidak punya harga diri. Selalu saja menjadi objek omelan dan tajamnya lidah sang istri.

Hingga sampai di muka pintu rumah khalifah Umar, pria itu ragu berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar sebab ia mendengar istri Umar bersuara keras pada pada suaminya dan membantahnya, sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya. Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata, "Jika begini keadaan Umar dengan sifat keras dan tegasnya dan ia seorang amirul mu'min, maka sebagaimana dengan keadaanku?"

Umar keluar dan ia melihat orang itu hendak berbalik dan pergi dari pintu rumahnya seraya memanggil pria itu dan berkata, "Apa keperluanmu wahai pria?"

"Wahai Amirul Mu'minin, semula aku datang hendak mengadakan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata, "Jika demikian keadaan amirul mu'minin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?"

Mendengar keluhan pria itu atas dirinya dan apa yang dialaminya, Umar berkata, "Wahai saudaraku. Sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang membuatkan rotiku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya".

Jawaban Umar membuat pria tercenung kemudian berkata:
"Wahai Amirul Mu'minin, demikian pula istriku."
"Karena itu, bersabarlah atas sikapnya wahai saudaraku..."

4. Mendidik Keluarga

"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At-Tahrim: 6)

Kewajiban seorang suami adalah mendidik istri dan keluarganya agar mereka terlindungi dari panasnya api neraka. Tuntutlah pendidikan ini dari suami Anda. Agar suami Anda tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang dianggap berkhianat pada Allah dan Rasul-Nya.

Abdullah Al-Haddad mengatakan bahwa lelaki yang sempurna agamanya adalah lelaki yang tak banyak menuntut hak dan istrinya. Namun, ia akan bersikap tegas manakala istrinya lalai menjalankan kewajiban terhadap Allah Ta'ala. Termasuk mendidik keluarga agar terhindar dari panasnya api neraka adalah memberikan mereka lingkungan yang baik, yang dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan keluarga kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

5. Didiklah Anak untuk Memuliakan Ibunya

Mendidik dan mengingatkan anak mengenai jasa dan kemuliaan seorang ibu pada anak-anaknya adalah kewajiban seorang suami. Seorang suami juga dituntut untuk memerintahkan anak-anaknya untuk berbakti kepada kedua orangtuanya, terutama ibunya. Sebagimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Luqman ayat 14: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbakti) kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu kembali."



Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Erika Elifiani

Posting Komentar untuk "Belajar Berumah Tangga Dengan Mulia"