Menangkis Serangan Pesan Negatif
Belajar tuli yuk! Tapi terhadap pesan negatif dan jahat saja. Jadi, jangan baca majalah dan koran, nonton TV, atau mendengarkan orang yang yang mengajari Anda tidak cukup cantik, tidak pintar, tidak berharga...
Dua gadis berjalan beriringan. Sama tinggi dan langsingnya. Hanya yang satu berkulit putih, yang satu black is beautiful. Si putih berjalan tegak penuh percaya diri sambil menyunggingkan senyum kecil di wajahnya. Semua mata pria yang berpapasan, menatapnya lekat, terpesona. Si Hitam berjalan agak membungkuk, sesekali melirik ke arah para pria, mencari-cari kalau ada yang sempat melayangkan pandangan kepadanya dan tidak hanya kepada sahabatnya si Putih.
![]() |
Gambar: http://www.infosista.com |
Di rumah, si Hitam membuka sebuah botol krim dan mengoleskannya ke wajahnya. Dalam beberapa minggu saja, kulitnya tak lagi bisa dibedakan dengan si Putih, halus bersinar. Dia pun tidak perlu lagi menanggung malu karena wajah yang tidak putih. Tiap lelaki yang menatapnya pun langsung terpesona. Betapa bahagianya dia. Bahkan, pria pujaan hatinya sampai tak sengaja menumpahkan air yang sedang dituangkannya ke dalam gelas karena begitu terkesima akan kecantikannya.
Dua gadis sungguhan menyaksikan iklan pemutih wajah tersebut sambil mengernyitkan dahi. Terutama saat iklan tersebut ditutup dengan adegan si Hitam bergandengan tangan dengan pria yang disukainya.
"Aku sih nggak akan mau sama laki-laki yang mau sama aku hanya karena warna kulitku," sergah Mirna.
"Ya. Berlebihan pula. Memangnya kalu kulit kita nggak putih, artinya kita jelek? Please deh!" sahut Tia.
Cukup lama keduanya membahas dan memprotes isi iklan tersebut. Tetapi sungguh ironis. Saat tiba waktu tidur, ketika keduanya sudah memasuki kamar masing-masing, maka baik Mirna mau pun Tia, sibuk mengoleskan krim pemutih di wajah, tangan bahkan kaki mereka!
LUMRAH
Perempuan mana yang tak ingin menjadi cantik? Ini lumrah. Masalah timbul saat media massa membombardir dan mengelilingi kita dengan definisi kecantikan yang kaku, sempit dan hampir mustahil. Saat apa yang kita tonton di TV, apa yang kita baca di majalah, bahkan apa yang kita lihat di berbagai papan-papan reklame di jalan mendiktekan bahwa cantik adalah warna kulit seperti ini, bentuk badan seperti itu, model rambut yang begini dan begitu.
Di luar dari definisi itu, maka seseorang tak boleh merasa cantik, tak boleh puas diri, dan "dipaksa" untuk berpikir: Aku harus mengubah warna kulit yang gelap, menyedot lemak di perut, menggelung bulu mata yang kurang lentik, mengampelas jerawat di wajah... Pendeknya, ubah, ganti, beli!
Joseph Goebbels, seorang menteri propaganda Nazi menggagaskan suatu strategi berbunyi, "Bila Anda menyampaikan suatu kebohongan, dan terus menerus mengulanginya, maka lama kelamaan orang-orang akan mempercayainya dan menganggap kebohongan itu kebenaran."
Strategi ini melandasi teknik-teknik propaganda modern. Tidak heran bila konsep kecantikan yang begitu sempit itu bukan saja hadir mengepung kita, tetapi juga berulang-ulang kali dicekokkan kepada kita. Sehingga perlahan-lahan, sebagaimana Mirna dan Tia dalam kisah di atas, kita pun memercayai bahwa salah satu cara menjadi cantik adalah dengan menjadi putih. Bisa saja kita membenci konsep itu, tetapi lama kelamaan, kita tetap menganggapnya sebagai kebenaran.
Dan 'propaganda' media massa tidak berhenti 'merecoki' cara pandang kita terhadap kecantikan saja, tetapi juga cara pandang kita mengenai kesuksesan, kekayaan, gaya hidup, bahkan kecerdasan. Setiap harinya para Muslimah 'dihipnotis' untuk mengartikan kekayaan dan kesuksesan dalam sudut pandang materialis.
Sukses adalah kepemilikan terhadap rumah dan mobil mewah, gadget terbaru, pangkat yang tinggi di kantor, dan sebagainya. Cerdas hanyalah dilihat dari sudut pandang kecerdasan intelektual. Orang yang paling cerdas bukanlah orang yang paling banyak mengingat mati sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, tetapi orang yang paling cerdas adalah Albert Einstein atau Newton, "Minumlah susu ini dan vitamin ini, maka anak Anda akan sepintar Einstein", begitulah kira-kira slogan iklan di media massa.
UBAH CARA PANDANG
Tidak ada salahnya menjadi kaya. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam mengajari kita bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah? Tidak ada salahnya juga memiliki kulit yang halus, mulus dan bersinar. Tentu saja dengan niat yang benar, misalnya dengan niat agar menyenangkan hati suami yang memandang. Apalagi menjadi Muslimah yang cerdas secara intelektual, sungguh tidak ada salahnya!
Hanya saja ada satu hal yang perlu kita lakukan: letakkanlah semua dalam koridornya masing-masing. Kekayaan, kecantikan, dan kecerdasan jangan dijadikan sebagai tujuan akhir. Tetapi jadikanlah dunia dan segala pernak-perniknya hanya sebagai kendaraan untuk menuju tempat yang lebih kekal, yaitu akhirat. Janganlah jadikan 'kendaraan' kita, seindah apapun, sebagai tujuan akhir. Pacu diri ke tempat yang jauh lebih indah dan kekal, yaitu surga.
Dengan mengarahkan sudut pandang kita ke akhirat dan surga-Nya, maka insya' Allah kita tidak terperangkap lagi dalam definisi-definisi sempit media.
Cantik adalah wajah yang bersinar karena senantiasa tersiram air wudhu, apapun warnanya. Bibir yang indah adalah bibir yang kalimat-kalimat tasbih seringkali ditorehkan di atasnya, apapun bentuknya. Cerdas adalah menjadikan mati sebagai pendorong ibadah yang lebih giat dan lebih ikhlas. Kekayaan yang berlimpah disyukuru karena terbukanya kesempatan untuk bersedekah sebanyaknya.
PILIH-PILIH PERGAULAN
Lihatlah sekeliling kita. Dengan siapakah kita berteman, bersenda gurau, dan bertukar pikiran? Dengan siapakah kita berbagi pemahaman dan saling memengaruhi? Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya."
Apakah kita berteman dan menyayangi orang-orang yang dengan senang hati memercayai kebohongan-kebohongan dan pemikiran sempit dari media massa? Memanjakan diri di salon setiap minggunya, nongkrong di kafe-kafe untuk ngopi, ambisi sukses di dunia lebih besar bahkan menenggelamkan ambisi untuk sukses di akhirat, selalu up-to-date dan hafal dengan film-film Hollywood terbaru, tetapi hafalan Al-Qur'annya tak pernah beranjak dari tiga surat terakhir.
Lihatlah baik-baik dan pikirkanlah. Apakah mereka menularkan kepada kita aroma wangi parfum atau aroma bau anyir seorang pandai besi?
Dari Abu Musa al-Asy'ari, Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kemungkinan dia memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau anyir." (HR. Bukhari)
Perbaikilah diri kita terus menerus, bersahabatlah dengan orang-orang baik, yang senantiasa mengingatkan kita akan harumnya agama Allah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya." (Al-Qur'an Surah Al Kahfi: 28)
Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Erika Nurdin
Posting Komentar untuk "Menangkis Serangan Pesan Negatif"