Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ingin Cerdas Dan Sukses? Ayo Muhasabah

Orang Barat menggunakan istilah-istilah yang mereka anggap hebat seperti 'new year resolutions' atau 'monthly personal assesment'. Tak payahlah. Pakai saja penjelasan yang disediakan Islam dengan sempurna: muhasabah yang semakin mendekatkan kita kepada Allah Ta'ala.

Muhasabah bukanlah ajang untuk menghukumi dan mengutuk diri sendiri atas keburukan dan kesalahan diri. Akan tetapi, sebagaimana juga evaluasi-evaluasi lainnya, bertujuan mengenali masalah, mengingat kembali tujuan hidup, melakukan perbaikan dan seterusnya, peningkatan dan pengembangan diri.

Muhasabah diri, adalah salah satu perilaku yang menjadi karakter sebagian besar masyarakat Muslim dahulu. Maka tak heran jika generasi masyarakat Muslim dahulu melahirkan banyak ulama (sarjana) yang tak hanya menguasai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits, namun juga ilmu-ilmu kauniyah (alam) seperti fisika, aljabar, geografi, kedokteran dan lain-lain.
Gambar: http://www.ilmair.com

Dan di antara sarana muhasabah diri ketika itu adalah kuatnya semangat saling menasihati, meluruskan yang bengkok dan menguatkan yang sudah berjalan lurus. 'Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu'anhu, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam yang kemudian menjadi pemimpin umat Islam menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq, pernah berwasiat yang artinya sebagai berikut.

'Hisablah (lakukan evaluasi terhadap) diri kalian sebelum kalian dihisab (dihitung amal perbuatan kalian di akhirat kelak) dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia." (Sunan At-Tirmidzi)

LANCAR DI AKHIRAT

Sebagaimana wasiat 'Umar di atas, bahwa evaluasi diri atau muhasabah, apabila dilakukan seseorang dalam kehidupannya di dunia, maka ia akan memperoleh kemudahan hisab (perhitungan amal perbuatannya) di akhirat kelak.

Hal ini karena orang yang senantiasa melakukan muhasabah, akan juga senantiasa melalukan perbaikan bagi dirinya setiap kali selesai melakukan muhasabah. Oleh karenanya dapat dimengerti mengapa ia di akhirat kelak memperoleh hisab yang mudah dan ringan.

Jelaslah bahwa muhasabah adalah jalan bagi hamba-hamba Allah yang menghendaki kehidupan akhirat yang membahagiakan, selain juga ketenangan yang diperolehnya selama hidup di dunia. Allah Subhanahu wa Ta'alla menyeru hamba-Nya yang beriman untuk selalu mengecek kesiapan diri menghadapi 'hari esok', istilah yang bermakna hari akhirat. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Qur'an Surah Al Hasyr, 59: 18)

TANDA KECERDASAN

Sebagaimana tiadanya evaluasi - baik pada institusi seperti perusahaan maupun terhadap diri sendiri - adalah kebodohan, maka melakukan evaluasi adalah sikap cerdas, dan melakukannya secara terus-menerus adalah kecerdasan karakter.

Karena bagi seorang beriman tujuan akhir dari aktivitas muhasabah adalah mempersiapkan diri menuju hidup yang kekal abadi, maka setiap kali melakukan muhasabah, teringatlah ia akan akhirat. Semakin kerap ia melakukan muhasabah, semakin sering ia mengingat hari akhir dan kehidupan abadi setelah kematian di dunia ini.

Seseorang yang senantiasa melakukan evaluasi diri, perbaikan diri serta meningkatkan kualitas dirinya, dengan segala sisi kepribadiannya; terutama pengenalan serta pendekatannya kepada Sang Mahapencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala, akan membuat kepribadiannya semakin matang, kuat dan berkembang. Yang dengan semua itu, ia tidak hanya dapat memperbaiki kehidupannya -dengan izin Allah- di dunia ini, namun juga pada dasarnya ia sedang mempersiapkan tempat yang baik di kampung akhirat kelak.

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam pun menegaskan bahwa seorang yang cerdas adalah seorang yang banyak mengingat kematian, karena itulah pintu gerbang ke kampung akhirat yang abadi, di mana di saat terdapat kebahagiaan hakiki atau kesengsaraan tanpa henti.

Imam at-Tirmidzi, salah seorang ulama hadits terkemuka meriwayatkan bahwa seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam, Syaddad bin Aus, menceritakan sabda beeliau Shallallahu 'alayhi wa sallam, yang artinya sebagai berikut.

"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah (untuk mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya)." (Sunan At-Tirmidzi)

TAHU DAN BERIMAN

Setiap Muslim beriman kepada datangnya hari kiamat serta adanya hari pembalasan atas segala perbuatan manusia di dunia ini. Namun, benarkah pikiran dan perilaku kita menunjukkan bahwa kita beriman akan datangnya Hari Akhir? Beriman akan adanya kehidupan di akhirat setelah kehidupan kita di dunia ini?

Apakah setiap kali hendak mengambil tindakan atau keputusan sesuatu hal, kita langsung memikirkan apakah Allah ridha terhadap keputusan atau tindakan yang kita ambil itu? Apakah langsung tergambar dalam pikiran kita, apakah kira-kira balasan yang akan kita peroleh dengan tindakan atau keputusan tersebut? Ataukah tindakan atau keputusan tersebut keluar begitu saja tanpa pernah memikirkan tentang balasan atau keridhaan Allah?

Pada kenyataannya, tak sedikit kita melihat perilaku-perilaku orang yang tak segan-segan melakukan maksiat di depan publik, meski meereka mengaku Muslim. Bahkan menghina agama. Kenyataan ini membuat kita berpikir, seberapakah jarak jurang pemisah antara pengetahuan orang-orang tersebut dengan pikirannya tentang keimanan kepada hari akhir dan adanya pembalasan.

Lalu, bagaimana dengan kita? Di sinilah letak pentingnya menyatukan antara pengetahuan kita tentang iman kepada hari akhir, dengan pikiran kita tentang hari akhir itu. Menghadirkan keimanan yang benar tentang adanya hari akhirat dalam pikiran kita, adalah upaya yang sangat kita perlu lakukan terus-menerus. Sehingga pikiran kita itu senantiasa seiring sejalan dengan pengetahuan kita selama ini.

MODAL MUHASABAH

Beberapa item pengetahuan yang harus masuk ke dalam file kesadaran dalam pikiran kita, sebagai modal dalam melakukan evaluasi diri adalah sebagai berikut.
  • Kenali hakikat dunia yang hanya tempat mengumpulkan 'bekal'. Allah berfirman yang artinya, "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Al-Qur'an Surat Al-Baqarah, 2: 197)
  • Kenali hakikat hidup yang merupakan 'perjalanan' sementara. Dari Ibnu 'Umar, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam mengambil sebagian badanku, lalu bersabda, 'Hiduplah kamu di dunia ini seakan-akan kamu ini orang asing atau seorang pengelana. Dan hitunglah dirimu (kelak) adalah penghuni kubur." (At-Tirmidzi)
  • Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi tersebut juga disebutkan bahwa Ibnu 'Umar berkata, "Jika kamu berada pada pagi hari, janganlah kamu berpikir tentang sore hari, dan apabila kamu berada di sore hari, janganlah kamu berpikir tentang esok paginya. Pergunakanlah watu sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkan hidupmu sebelum datang kematianmu, karena engkau tidak tahu wahai hamba Allah, dengan apakah esok engkau disebut (engkau masih hidup atau sudah menjadi mayat)."
  • Dunia untuk beribadah. Allah mengabarkan kepada kita, bahwa tujuan hakiki diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Al-Qur'an Adz-Dzariat: 56)
  • Kenali hakikat diri. Kita, manusia, pada hakikatnya adalah hamba Allah yang paling mulia penciptaannya di antara ciptaan-ciptaan Allah lainnya. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (Al-Qur'an Surah At-Tiin: 4)
  • Oleh karenanya, siapa manusia yang tak tahu bersyukur, lalu memilih - dengan sepenuh kesadaran - untuk membangkang terhadap Pencipta dan Pemberi rizqinya, ia berarti menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam jurang paling rendah dan paling hina, jahana,. "Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (nereka)," (Al-Qur'an Surah At Tiin: 5)
  • Manusia, dengan kelebihan akal yang Allah karuniakan kepadanya, juga telah Allah pilih sebagai pengelola bumi ini (khalifah). Ia adalah raja bagi segala makhluk Allah lainnya.
  • Kenali hukum perubahan. Yang terpenting dari aktivitas evaluasi adalah adanya perubahan ke arah yang lebih baik setelah itu. Seyogyanya, semakin sering seseorang melakukan evaluasi diri atau muhasabah, maka semakin baiklah kualitas dirinya. Jika ia melakukan evaluasi terus-menerus atas kualitas keimanannya, maka semakin baiklah kondisi imannya kepada Allah.

MAMPU BERUBAH

Apa pun yang ingin dicapai seseorang setelah ia melakukan evaluasi diri, maka kekuatan keyakinan diri bahwa ia mampu mencapainya -dengan izin Allah -sangat memengaruhi daya juangnya untuk mencapai apa yang diinginkannya itu. Keyakinan itu terletak pada pikiran.

Ibrahim Elfiky, pendiri sejumlah perusahaan di bidang pengembangan sumber daya manusia di Kanada yang juga motivator Muslim asal Mesir yang tinggal di Kanada mengatakan, "Kekuatan pikiran lebih jauh dari yang dibayangkan manusia. Ia bisa membawa Anda pada kebahagiaan atau kesengsaraan."

Pikiran, apabila terus ditanamkan di dalamnya keyakinan bahwa Allah Yang Mahakuasa dan Penyayang, berkuasa penuh untuk mengantarkan kita kepada apa yang kita inginkan tersebut, termasuk memerbaiki serta meningkatkan kualitas diri, maka pikiran kita itu akan menggerakkan seluruh tindakan dan perilaku kita ke arah pencapaian apa yang kita inginkan itu.

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam menyampaikan pesan Allah dalam sebuah hadits qudsy sebagai berikut: "Aku bersama persangkaan hamba-Ku, dan Aku bersamanya selama ia mengingat-Ku..." (Al-Bukhari dan Muslim)

MUJAHADAH

Allah menjamin keberhasilan di jalan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh berjuang untuk mencapainya.
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)

ANTUSIAS DONG!

Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan diri setelah melakukan muhasabah, seorang beriman perlu meresapi wasiat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam berikut ini: "...Antusiaslah terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau ucapkan; 'seandainya dulu aku melakukan ini dan ini'. Akan tetapi katakanlah; 'sudah menjadi ketentuan Allah. Ia melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya'. Karena ucapan 'seandainya' membuka pintu setan." (HR. Muslim)

KENALI AKHIRAT

Dengan menyadari bahwa kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, dan abadi, maka seorang beriman akan senantiasa memegang teguh wasiat Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam ini, "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya..." (HR. At-Tirmidzi)

Wallahu a'lam bi ash-shawab



Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Rina Abdul Latif dan Eka Zulkarnain 

Posting Komentar untuk "Ingin Cerdas Dan Sukses? Ayo Muhasabah"