Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Spiritualitas dan Pernikahan Yang Sukses

Pernikahan yang sukses adalah yang dibangun di atas aspek-aspek spiritual, moral, dan relijius, karena ini lebih stabil daripada aspek-aspek material, seperti kesehatan, kekayaan, ketampanan atau kecantikan, dan jabatan. Orang yang memilih pasangan hidupnya hanya dengan pertimbangan material semata, pernikahannya lebih terancam kehancuran, daripada orang yang memilih pasangan hidupnya dengan pertimbangan spiritual. 

Pernikahan
Gambar: unsplash.com
Wanita yang menikah demi harta, ketampanan, atau jabatan suami, biasanya akan meninggalkan suaminya jika sang suami jatuh miskin atau kehilangan jabatan. Begitu juga laki-laki yang menikah demi kecantikan dan kemudaan istrinya, biasanya akan meninggalkan istrinya jika sang istri tidak cantik dan tidak muda lagi.

Pernikahan yang dibangun di atas pondasi agama dan aklak akan lebih kukuh, kuat, dan aman dari ancaman kehancuran, karena kedua hal tersebut sangat kuat dan tidak mudah berubah. Bahkan, pondasi tersebut akan lebih kuat dan lebih kukuh seiring berlalunya waktu.

Dalam hal ini, ada pedoman yang harus kita perhatikan, karena tidak dibuat oleh pemikir, filosof, atau penyusun teori yang mungkin benar dan mungkin salah, melainkan oleh Tuan seluruh manusia, Sang Kekasih yang paling mulia Shallallahu Alaihi wa Sallam yang tidak berkata-kata atas dasar nafsu, yang sangat mencintai umatnya dan menginginkan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat, yang digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang merasa sedih oleh karena penderitaannya, sangat meninginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat mengasihi dan menyayangi orang orang mukmin.” (At-Taubah: 128)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 
“Wanita dinikahi karena empat hal; Harta, kecantikan, keturunanannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, pasti engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)
Juga sabdanya, “Pilihlah wanita yang beragama,” secara implisit menunjukkan sedikitnya orang yang mengutamakan faktor ini, karena kebanyakan manusia mengejar tiga faktor pertama. Nah, engkau harus menginginkan, memilih, dan berusaha menikahi wanita yang beragama.

Pernikahan yang didasari pertimbangan agama akan langgeng. Sebab, agama adalah penunjuk bagi akal dan hati. Selain itu, keberadaan agama tidak menghalangi keberadaan sifat-sifat lain. Istri yang memiliki keberagamaan yang baik, akan membuat suaminya merasa tentram. Artinya, sang suami percaya kepada orang yang mengetahui rahasianya, mendidik anak-anaknya, menjaga hartanya, nama baiknya, dan nama baik keluarganya. Inilah kebahagiaan keluarga. Karena itu, jadikanlah agama sebagai prioritas utama dalam memilih istri.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jika datang kepadamu orang yang engkau sukai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, akan muncul banyak bahaya dan kerusakan.” (HR. At-Tirmidzi)
Adakah yang lebih berbahaya dan lebih merusak agama dan akhlak, baik pada level pribadi maupun masyarakat, daripada dinikahkannya wanita mukminah kepada lelaki yang berakhlak bejat atau tidak percaya kepada Tuhan, yang permisif dan memaksa istrinya untuk membuka dan mengobral aurat, meminum minuman keras, berdansa dengan lelaki lain, menghina agamanya, dan memaksanya untuk menanggalkan agama dan akhlaknya?

Banyak wanita yang sebelum menikah menjaga kehormatan diri, keimanan, dan kesuciannya. Tapi, setelah dinikahi laki-laki yang permisif dan bermoral bejat, dia menjadi wanita yang merendahkan agama, mencela akidah, menanggalkan akhlak mulia, dan meninggalkan kemuliaannya. 
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang di rumah yang penuh dosa dan maksiat, akan menjadi penyeru permisifisme, kekejian, dan kemunkaran. Realitas membuktikan hal ini. 

Wahai umat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, bukankah telah tiba waktunya bagi kita untuk kembali kepada agama dan nilai-nilai kita, mengetahui bahwa kebahagiaan kita terletak pada upaya menerapkan ajaran Tuhan kita.

Sebab, tidak tersisa lagi harapan bagi kita kecuali dengan mewujudkan keluarga islami. Kemampuan kita menciptakan keharmonisan, saling pengertian, dan keserasian sangat penting untuk mewujudkan keturunan yang baik, yang dapat mengeluarkan umat Islam dari kehinaan menuju kemajuan, kekuatan, dan kemuliaan.




Disadur dari buku "Untukmu yang Akan Menikah & Telah Menikah", Karya Syaikh Fuad Shalih, terbitan Pustaka Al-Kautsar.

Posting Komentar untuk "Spiritualitas dan Pernikahan Yang Sukses"