Yuk Kembali Mendongeng!
"Nabi Musa awalnya ketakutan menghadapai Firaun. Tapi kemudian Nabi Musa mendapat perintah dari Tuhan untuk melempar tongkat yang dipegangnya. Setelah dilempar, ternyata tongkat tersebut menjadi ular yang besar. Akhirnya Firaun dan penyihir kecil yang mendampinginya ketakutan. Dan Musa pun berhasil mengalahkan mereka serta mengajak mereka berbuat baik..."
Horeee. Beraneka ragam ekspresi anak-anak saat mendengarkan dongeng dan mereka terlihat begitu menikmati dongeng tersebut. Dongeng memang memiliki kekuatan istimewa dalam menarik perhatian anak-anak.
Rasanya hampir tak ada anak kecil yang tak suka mendengarkan dongeng. Cobalah tanyakan pada buah hati Anda di rumah, apakah benar mereka suka mendengarkan dongeng. Kemungkinan besar mereka akan mengangguk seraya mengucapkan kata 'iya'.
Mendengarkan cerita khayalan tentunya akan membuat si kecil mengasah daya imajinasinya. Hal ini membuat daya imajinasi anak semakin tinggi. Dengan begitu, anak-anak bisa semakin cerdas dan kemampuan konsentrasinya menguat.
DONGENG, CERITA, KISAH
Sesungguhnya dongeng memiliki berbagai macam jenis sehingga anak-anak bisa mendapatkan cerita yang beragam. Berbagai macam dongeng antara lain adalah legenda yang menceritakan asal mula suatu tempat, mitos yang menceritakan tentang para dewa dan roh halus, fabel yang menceritakan kehidupan binatang, dan farabel yang merupakan cerita bersifat mendidik.
Nah, selain dongeng ada pula cerita yang merupakan pemaparan sebuah kejadian atau peristiwa yang berdasarkan fakta atau terkadang fakta yang ditambah-tambahkan, tapi tetapberguna dan mengandung pesan moral. Bila dongeng menggambarkan kisah imajinatif, maka cerita lebih menjelaskan suatu fakta.
Selain itu ada pula kisah yang merupakan informasi tentang tokoh dan peristiwa yang fakta dan datannya dapat dipercaya. Contohnya seperti kisah para nabi, pahlawan ataupun ilmuwan.
Jadi sebetulnya secara garis besar, dongeng, cerita dan kisah memiliki makna yang hampir sama. Dan terkadang, orang seringkali menyebut kisah, dongeng dan cerita sebagai suatu hal yang sama. Yang jelas, baik dongeng, cerita, maupun kisah memiliki manfaat yang kurang lebih sama. Manfaat yang begitu banyak dan manfaat yang sungguh besar bagi perkembangan anak.
BAHASA DAN KOMUNIKASI
Saat mendengarkan cerita, anak-anak mendengar berbagai macam kosakata, struktur kata dan kalimat hingga penggunaan bahasa. Ketika itulah anak-anak bisa menambah perbendaharaan katanya. Ananda juga bisa mengetahui bagaimana menggunakan kata atau kalimat tertentu.
Alhasil, nuansa dan rasa bahasa anak bisa tercipta dengan baik. "Misalnya anak menjadi tau kapan menggunakan kata-kata 'zaman dahulu kala'", ujar psikolog Anna Surti Ariani, S.PSi.
Dengan kemampuan bahasa yang baik, tentu akan membuat si anak juga lebih mudah berkomunikasi. Maka saat sering mendengar dongeng, anak menjadi lebih lancar dalam berkomunikasi.
Anak pun tak akan canggung lagi saat berkomunikasi dengan orang sekitar. Untuk mengasah kemampuan berkomunikasi anak ini, orang tua juga harus mengajak anak berperan serta dalam dongeng yang diceritakan orang tua. Ajaklah anak menanggapi dan memberi respon pada saat mendengarkan dongeng ayah atau ibu. Hal ini bisa merangsang rasa ingin tahu anak.
MENAMBAH WAWASAN
Selain berguna untuk perkembangan bahasa, dongeng juga bisa membuat wawasan anak menjadi bertambah. Si kecil menjadi tau mengenai binatang-binatang yang mungkin belum pernah dilihatnya seperti kancil dan kangguru, mengenal bagaimana menciptakan pesawat atau balon udara, mengetahui berbagai macam karakterr dan sifat-sifat, serta mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Alhasil, anak-anak bisa belajar mengenal kehidupan dengan baik.
Dengan mengetahui berbagai macam karakter dan sifat dari tokoh-tokoh dongeng, pembentukan karakter anak bisa berjalan optimal. Lewat tokoh yang baik, anak bisa mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan baik seperti suka menolong, sopan, dan tidak sombong adalah perbuatan yang baik untuk ditiru.
Sementara lewat tokoh yang jahat, anak pun dapat mengetahui bahwa sikap pelit, congkak, dan pemarah tidak baik dilakukan. Saat mendongeng, kita juga perlu memperkenalkan karakter buruk seperti marah dan nakal pada anak-anak, katakan bahwa itu tidak baik dan tidak boleh diikuti.
PERKEMBANGAN EMOSIONAL
Setelah sang buah hati bisa mengenal berbagai sifat dan karakter, perkembangan emosionalnya juga menjadi lebih baik. Anak menjadi lebih mengetahui bagaimana caranya berempati pada makhluk lain, bagaimana mengendalikan emosi dan bahkan mengetahui bahwa setiap orang punya masalah.
"Yaitu misalnya saat mendengar cerita bahwa gajah ingin bertandang ke rumah semut tapi tak bisa karena tubuh gajah terlalu besar," ujar Anna Surti yang memiliki panggilan akrab Nina ini.
Cerita-cerita seperti ini membuat kecerdasan emosional terasah. Tak hanya itu, emosi kedekatan antara anak dan orang tua pun dapat terjalin lebih erat saat kegiatan mendongeng. Sesibuk apa pun orang tua, bila masih bisa meluangkan waktu untuk mendongeng maka bisa tercipta ikatan batin yang kuat dengan anak. Sebab saat mendongeng, ada interaksi hati antara si pendongeng dengan yang didongengkan.
MORAL DAN AKHLAK
Dari semua manfaat aktivitas mendongeng, sepertinya penanaman moral adalah yang paling penting. Saat mendongeng, kita akan menyampaikan berbagai cerita yang mengandung banyak pesan pada anak.
Maka secara tidak sadar, si kecil akan mendapatkan pelajaran moral dari setiap yang didengarnya. Baik pesan untuk saling menghargai, peduli terhadap sesama, saling bekerja sama, dan lain sebagainya.
Pesan moral yang ditanamkan melalui dongeng atau cerita ini lebih efektif ketimbang kita menasehatinya secara langsung. Dengan mengajarkan moral lewat dongeng, anak tak merasa orang tua menggurui. Pada dasarnya manusia termasuk anak-anak tidak suka digurui.
Nah dengan mendengarkan dongeng maka ananda merasa terhibur dan tanpa sadar menerima berbagai pesan penting yang disampaikan si pendongeng, terutama pesan aqidah dan akhlaq. Sebab dongeng bukanlah kegiatan yang menggurui, melainkan hanya memberi inspirasi dan informasi pada si anak bahwa perbuatan baik akan dibalas kebaikan dan perbuatan buruk pun akan dibalas keburukan.
Anak-anak bisa dibilang sama saja dengan 'plagiat' dalam arti yang positif. Ya, mereka hampir selalu meniru apa pun yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itulah dongeng bisa berperan penting buat mengajarkan moral dan budi pekerti pada anak. Soalnya, otomatis anak akan meniru setiap perbuatan baik yang mereka dengar dalam cerita.
Begitu polosnya anak-anak saat mendengar cerita sehingga ingin mengikuti semua hal baik yang didengarnya. Maka sesungguhnya kisah-kisah tentang para Nabi dan sahabat-sahabatnya sungguh tepat untuk membuat anak belajar mengenai keimanan dan ketaqwaan.
Kisah-kisah umat terdahulu dalam Al-Qur'an merupakan dokumen sejarah yang sangat bermakna bagi pembelajaran umat berikutnya. Dalam Al-Qur'an Surat Yusuf ayat 3 disebutkan, "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kami sebelumnya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui."
Insya Allah dengan terus menanamkan cerita-cerita agama pada anak, maka pembekalan iman, taqwa, serta akhlaq bisa berjalan sempurna.
ADA NEGATIFNYA
Tapi hati-hati, dongeng juga bisa berdampak negatif bila ternyata cerita yang disampaikan tak sesuai dengan usia anak. Sebagai contoh adalah dongeng yang mengandung kekerasan, berbau horor, klenik, atau pun tahayul.
Selain itu, jenis dongeng yang mengandung cerita kasar juga bisa menimbulkan efek negatif seperti agresivitas anak menjadi berlebihan. Begitu pula dengan dongeng yang mengandung sifat pesimistis dari si tokoh utama sehingga bisa membuat anak terbawa sikap pesimistis tadi.
Untuk itu, penting bagi orang tua memastikan jenis cerita yang akan diberikan pada anak. "Orang tua juga harus pintar memilih-milih cerita untuk anak," ujar Nina yang merupakan lulusan Universitas Indonesia.
SESUAIKAN USIA
Salah satu hal yang harus diperhatikan supaya tak salah memilih dongeng adalah dengan menyesuaikan cerita dengan umur anak. Sebetulnya mendongeng sudah mulai bisa dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan ibu. Tentunya ceritanya cukup sederhana dan singkat.
Bahkan, menurut Nina, ada penelitian yang mengungkapkan bahwa ketika seorang anak yang masih dalam kandungan ibu dibacakan dongeng yang sama terus-menerus, maka setelah dia lahir, bila si anak rewel dia akan diam saat mendengar dongeng yang sama itu. "Begitu hebat kekuatan dongeng," tuturnya.
Setelah anak lahir hingga usia satu tahun juga sebaiknya tetap dibacakan dongeng. Tapi dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dengan tokoh-tokoh cerita sesuatu yang bisa dilihat dan dikenali si kecil. "Cukup dua atau tiga menit saja sudah bagus," kata Nina.
Selanjutnya, setelah anak menginjak usia dua atau tiga tahun, orang tua bisa menceritakan tentang mainan yang mereka sukai. Ya, jadikan mainan mereka sebagai media dongeng. Cerita bisa diambil dari buku yang full colour.
Ketika anak sudah mulai memasuki usia sekolah dini, yaitu sekitar usia empat hingga lima tahun, anak bisa mulai diajarkan mengenai keluarga dan lingkungan si anak yaitu teman, sekolah atau bahkan hewan peliharaan.
Di usia taman kanak-kanak ini anak juga sudah mulai bisa diajak berkreasi dengan cerita dongeng. Jadi tidak hanya mendengarkan cerita saja, tapi anak juga sudah bisa diajak aktif untuk menggambarkan bagaimana tokoh dalam cerita atau mengarang kelanjutan cerita. "Akhirnya menjadi kegiatan yang produktif," ujar Nina.
Di usia balita anak-anak juga sudah mulai bisa dibacakan kisah-kisah tentang Nabi dan sahabatnya. Setelah mulai duduk di bangku SD yaitu sekitar usia enam hingga delapan tahun, anak juga masih bisa diceritakan kisah Nabi ini dan juga cerita-cerita mengenai binatang.
Intinya, semakin kecil usia si anak, maka semakin sederhana pula ceritanya. Melihat berbagai macam faedah dari mendongeng, tak aneh rasanya bila budaya mendongeng ini sudah lama dilakukan orang zaman dahulu. Sedari dulu orang tua suka mendongeng padahal mereka tak bisa membaca.
Sementara kini kegiatan mendongeng malah menjadi langka, Nah daripada menerapkan berbagai program pendidikan dari luar negeri yang belum tentu cocok dengan budaya Indonesia, daripada membiarkan anak menonton tayangan televisi yang belum tentu bermutu, mengapa kita tak mendongeng saja untuk anak-anak yang lebih murah dan gampang.
Dikutip dari Majalah Alia, oleh Nuria Bonita
Mengingatkanku ketika masih kecil. Saat TPA, kami anak-anak yang masih suci begitu antusias meminta guru ngaji untuk menceritakan kisah-kisah nabi. Namun semua itu perlahan berubah ketika negara televisi menyerang. Semoga orang tua masa kini lebih bijak menyajikan kisah, dongeng, atau cerita yang bernas dan bermanfaat.
BalasHapus