Suplemen Makanan, Perlukah?
Sudahkah makanan yang Anda santap setiap hari mengikuti pola makan yang sehat? Ataukah Anda makan asal enak dan kenyang, tanpa mempedulikan apakah makanan tersebut menyehatkan tubuh? Atau Anda sudah ikut-ikutan tergantung pada suplemen makanan untuk melengkapi asupan gizi Anda? Waduh, hati-hati, Anda bisa menjadi budak suplemen makanan tanpa tahu manfaat sesungguhnya bagi kesehatan Anda. Plus menciptakan pemborosan besar-besaran.
Suplemen tidak diperlukan bila makanan yang dikonsumsi setiap hari mengandung gizi seimbang. Ironisnya, perubahan gaya hidup di era globalisasi ternyata memengaruhi pola makan kita. Aktivitas hidup yang semakin beragam tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pola makan. Disadari atau tidak, keadaan ini memengaruhi kondisi tubuh akibat asupan gizi yang kurang baik, terutama kekurangan serat. Kondisi ini yang membuat semakin banyak orang melirik suplemen makanan.
![]() |
Gambar: http://www.meetdoctor.com |
Jangan salah. Selama ini ada anggapan kalau sudah makan suplemen, pasti jadi sehat. Belum tentu, kalau tidak dilengkapi dengan memperbaiki gaya hidup yaitu banyak beraktivitas fisik, lebih memerhatikan pola makan dan cukup istirahat.
Suplemen makanan bisa berbentuk kapsul, kapsul lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebagai pelengkap, suplemen makanan tidak bisa dijadikan sebagai pengganti makanan kita sehari-hari.
Menurut dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Staf Departemen Ilmu Gizi FKUI, ada keuntungan dan kerugian menggunakan suplemen makanan. Bermanfaat bila digunakan pada keadaan dimana kebutuhan zat gizi meningkat, misalnya sakit, baru sembuh, sedang hamil (kehamilan membutuhkan zat besi dan asam folat) dan ketika dalam perjalanan yang membuat Anda sulit mendapatkan makanan yang sehat.
Kerugiannya? Karena harus ada pengeluaran ekstra untuk membeli suplemen makanan yang rata-rata harganya mahal. Kerugian lainnya, konsumen sering mengeluh nyeri ulu hati atau perut terasa begah/kembung dan diare. Penggunaan suplemen makanan dalam jangka panjang sering menimbulkan "ketergantungan". Konsumen jadi merasa ada yang kurang atau merasa tubuh tidak fit ketika berhenti menggunakan suplemen makanan yang terus-menerus dikonsumsi untuk jangka panjang.
Sampai saat ini suplemen makanan boleh dijual bebas tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk mengobati penyakit seperti obat-obatan. Di indonesia, suplemen makanan dimasukkan dalam golongan makanan, bukan obat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Menkes/Per/XII/76 menyatakan, makanan sebagai barang yang untuk dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat. Celakanya, pengaruh iklan yang begitu hebat menciptakan kesan bahwa suplemen makanan yang dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit ini dan itu. Kesan inilah yang menjadikan kita semua semakin gemar mengonsumsi suplemen makanan.
KAPAN WAKTUNYA?
Tanyalah kepada diri Anda sendiri, kapan Anda merasa perlu mengonsumsi suplemen makanan. Artinya, Anda perlu memiliki pengetahuan dasar tentang manfaat suplemen makanan supaya tidak sembarangan memilih suplemen makanan. Bila Anda sudah mengikuti pola makan yang benar, yaitu memenuhi gizi seimbang sesuai dengan prinsip "4 sehat 5 sempurna", plus cukup berolah raga, cukup beristirahat atau tidur, hidup teratur, tidak stres dan bebas dari cemaran zat polutan yang berasal dari udara, makanan, dan air, maka Anda tidak memerlukan suplemen makanan. Karena kebutuhan gizi sudah terpenuhi dari makanan sehari-hari.
Berbeda keadaannya bila hidup Anda berisiko tinggi menderita sakit. Nah, di sinilah kita membutuhkan makanan suplemen. Suplemen makanan, yang gunanya sebagai pelengkap atau tambahan makanan, harus dikonsumsi dalam kondisi yang tepat sesuai dengan keadaan tubuh Anda sendiri. Ada beberapa alasan yang membuat Anda mau tidak mau memanfaatkan suplemen makanan. Misalnya, saat aktivitas tinggi alias sibuk sekali, sakit, ibu hamil atau menyusui, gangguan kekurangan gizi seperti anemia, avitamonosis, dan gondok. Dalam berbagai kondisi tersebut kebutuhan gizi sangat tinggi, padahal belum tentu dapat dipenuhi hanya dari makanan yang bisa Anda santap setiap hari.
Ingin tahu siapa lagi yang membutuhkan suplemen makanan? Anda yang sudah berusia lanjut atau lansia memerlukan suplemen makanan. Mengapa? Faktor usia akan menurunkan fungsi organ tubuh, antara lain semakin berkurang penyerapan zat gizi oleh tubuh atau gangguan pada gigi, yang menyebabkan Anda sulit atau tidak berselera makan. Kalau sudah begitu, sudah waktunya Anda memanfaatkan suplemen makanan. Selain itu, mereka yang perilaku makannya sulit diubah sejak kecil hingga usia tua terkadang memerlukan perbaikan pola makan dengan cara mengonsumsi suplemen makanan. Tentunya harus diimbangi dengan pemberian motivasi supaya bisa mengubah perilaku makan, agar tidak timbul ketergantungan pada suplemen makanan.
MASAK SENDIRI YUK!
Masih sempatkah Anda memasak sendiri makanan untuk keluarga di rumah? Kini urusan memasak bukan lagi pekerjaan ringan. Hal ini ikut menciptakan kebiasaan buruk menyantap makanan sampah alias junk food atau makanan siap santap yang tidak terawasi kandungan gizinya, masih ditambah pula zat pengawet dan zat pelezat yang membahayakan kesehatan.
Gaya hidup seperti ini masih diperburuk dengan kurangnya waktu untuk berolah raga karena kesibukan kerja, tidak cukup tidur dan istirahat, ditambah faktor stres yang banyak melanda masyarakat terutama di perkotaan. Karena kesibukan kerja, kebutuhan gizi sering diabaikan lalu lari ke suplemen makanan. Apalagi orang-orang sibuk hanya makan karbohidrat dan protein, serta sangat kurang serat.
Konsumsi suplemen makanan sebenarnya berawal dari konsep kembali ke alam. Bahan makanan alami dikemas begitu rupa dalam bentuk kapsul, pil, atau cairan. Tapi, makanan segar yang beraneka ragam tetap lebih alami dan bermanfaat. Artinya, sebelum mengonsumsi suplemen makan, Anda harus mempertimbangkan dengan cermat dari segi kondisi tubuh, daya beli, dan manfaat yang diinginkan. Dengan kata lain, mengnsumsi suplemen makanan jangan dengan alasan gengsi dan ikut-ikutan saja.
STRESS
Stress menyebabkan Anda perlu mengonsumsi suplemen makanan. Mengapa? Stress mendorong tubuh untuk menguras cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh. Cadangan glukosa ini akan diambil dari persediaan protein dan juga karbohidrat tambahan untuk mengganti energi yang banyak terbuang pada saat stress. Stress juga memacu ginjal untuk meningkatkan pengeluaran beberapa mineral penting dari tubuh seperti magnesium, seng, dan kalsium.
Apalagi stress yang berkepanjangan dan tidak segera diatasi dapat menghilangkan selera makan Anda. Sehingga kebutuhan zat gizi tidak dapat dipenuhi karena pola makan terganggu. Dalam keadaan seperti itu, suplemen makanan diperlukan karena dapat membantu melengkapi kekurangan zat gizi, untuk memulihkan kekebalan tubuh Anda.
Belum lagi faktor lingkungan, seperti pencemaran udara yang menjadi sumber radikal bebas bagi tubuh semakin sukar dihindari dari kehidupan kita. Salah satu bahan pencemar udara itu, antara lain timah hitam (Pb), hasil buangan dari knalpot kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin yang mengandung timah hitam. Sumber radikal bebas lain dari lingkungan di sekitar kita adalah asap rokok dan radiasi sinar matahari. Suplemen makanan yang mengandung antioksidan dapat membantu menetralkan radikal bebas. Pemusnahan radikal bebas dapat mengurangi kerusakan inti sel serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
BERAPA BANYAK?
Lebih aman konsultasi ke dokter sebelum memilih suplemen makanan. Dokter Anda dapat menyeimbangkan antara kebutuhan dan suplemen yang diberikan, agar benar-benar bermanfaat, tidak terbuang atau bahkan membebani fungsi organ tubuh, seperti ginjal atau hati. Betapa banyak suplemen yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh usia, aktivitas sehari-hari dan asupan gizi.
Agar lebih sehat, makanlah dengan gizi seimbang sesuai piramida makanan. Perhatikan jenis bahan makanan yang Anda makan, yaitu harus bervariasi, jumlahnya sesuai kebutuhan tubuh dan jadwal makan yang teratur. Prinsipnya, ikutilah anjuran pola makan dengan gizi seimbang, maka seluruh kebutuhan gizi kita akan terpenuhi. Yaitu, menu makan harus dilengkapi dengan tiga porsi sayur dan dua porsi buah dalam sehari, akan mencukupi. Atau bila digambarkan dengan piring saji, maka 1/3 dari luas piring kita harus terisi buah atau sayur.
Suplemen makanan bukan obat, tetapi dapat mengandung vitamin dan mineral, biasanya terdiri dari berbagai zat gizi. Ada juga suplemen makanan yang mengandung protein, lemak esensial ataupun karbohidrat. Mengenai dosis, tergantung dari kondisi tubuh. Dosis yang kurang akan menyebabkan khasiatnya lambat. Sebaliknya, dosis yang berlebihan akan membebabi tubuh, sehingga dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, bahkan keracunan.
KONSUMSI SUPLEMEN MAKANAN
Namanya juga suplemen, berarti menambah atau melengkapi. Suplemen makanan jelas dibuat bukan untuk mengganti makanan. Manalah mungkin sebutir pil suplemen makanan dapat mempertahankan kesehatan setiap hari. Berbeda dengan buah dan sayuran segar yang mengandung banyak vitamin dan antioksidan.
Daripada repot-repot menelan beberapa butir suplemen makanan, lebih baik memperhatikan apa saja yang Anda makan setiap hari. Tubuh adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala, diciptakan Yang Mahakuasa untuk mampu memberikan sinyal ketika ada yang tidak beres dengan organ-organnya. Misalnya, ketika Anda lesu, letih, lelah, sariawan atau gusi berdarah, itu tandanya Anda mengalami kekurangan vitamin. Sinyal ini harus segera ditanggapi supaya vitalitas tubuh tidak terganggu dan daya tahan tubuh tidak melemah, penyakit pun mudah menyerang.
Anda tidak perlu mengonsumsi suplemen makanan bila:
- Tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak.
- Cukup konsumsi sayur dan buah-buahan.
- Rajin berolah raga setiap hari.
- Membatasi diri dalam mengonsumsi junk food dan makanan olahan.
- Tinggal di lingkungan yang bersih (tidak tercemar).
Kalaupun membutuhkan suplemen makanan, Anda perlu waspada agar tidak overdosis. Semua vitamin dan mineral penting bagi proses metabolisme, perbaikan sel, dan mengurangi penuaan dini. Tapi suplemen berbeda dengan obat yang dapat memberikan kesembuhan dalam waktu singkat. Hasil perbaikan dari mengonsumsi suplemen makanan kemungkinan terlihat setelah berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan.
Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Ratih Sayidun
Posting Komentar untuk "Suplemen Makanan, Perlukah?"