Adab Menuntut Ilmu Seorang Muslim
Berikut ini adalah adab menuntut ilmu bagi seorang Muslim
1. Mengikhlaskan Niat
Menuntut ilmu bukan karena Allah Ta'ala termasuk dosa besar, penyebab tercegahnya bau surga, dan Allah Ta'ala menyediakan azab yang pedih bagi orang yang meniatkannya bukan karena-Nya.
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya, melainkan untuk mencari keuntungan duniawi maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma surga pada hari kiamat." (HR. Ahmad)
Tidak boleh pula dengan tujuan yang tercela, misalnya untuk berbantahan dengan ulama atau membantah orang-orang yang bodoh, atau agar kita merasa lebih hebat dalam suatu majelis.
Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian mencari ilmu dengan tujuan untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama, membantah orang-orang bodoh, dan janganlah kalian memilih majelis untuk mencari perhatian orang. Barangsiapa yang melakukan hal itu maka tempatnya di neraka, di neraka." (HR. Ibnu Majah)
Menurut Imam Ibnu Jama'ah rahimahullah, "Niat yang baik dalam menuntut ilmu hendaklah ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, beramal dengannya, menghidupkan syari'at, menerangi hatinya, menghiasi batinnya, dan mengharap kedekatan dengan Allah pada hari kiamat, serta mencari segala apa yang Allah sediakan untuk ahlinya (ahli ilmu) berupa keridhaan dan karunia-nya yang besar."
2. Memohon Ilmu yang Bermanfaat
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam mencari ilmu, serta selalu merasa butuh kepada-nya.
Allah Ta'ala berfirman, "Dan katakanlah: 'Wahai Rabb-ku tambahkalah ilmu kepadaku.' (QS. Thaahaa: 114)
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Mintalah ilmu yang bermanfaat kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat." (HR. Ibnu Majah)
Dan di antara do'a yang Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam ucapkan adalah: "Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima." (HR. Ahmad)
Juga doa beliay Shallallahu 'alayhi wa sallam yang lain: "Ya Allah berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadakau." (HR. At Tirmidzi)
3. Bersungguh-Sungguh dalam Menuntut Ilmu
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya ilmu yang diperoleh dengan (sungguh-sungguh) belajar, dan sikap sabar (penyantun) diperoleh dengan membiasakan diri untuk sabar. Barangsiapa berusaha (keras) mencari kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan, dan barangsiapa yang menjaga dirinya dari kejelekan (kejahatan) maka ia akan dilindungi Allah dari kejelekan (kejahatan)." (Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al 'Ilal Mutanaahiyah dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu)
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang adalah orang yang rakus terhadap ilmu yang tidak pernah kenyang dengannya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya." (HR. Al Baihaqi dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu)
4. Menjauhkan Diri dari Dosa dan Maksiat
Allah Ta'ala berfirman: "Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu." (QS. Al Baqarah: 282)
Juga firman-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan al Furqan (pembeda antara haq dan bathil) kepadamu dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar." (Al Anfaal: 29)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya ad-Daa' wad Dawaa' bahwa seseorang tidak mendapatkan ilmu disebabkan dosa dan maksiat yang dilakukan. Dosa yang paling besar adalah syirik dan durhaka kepada orangtua. Serta dosa-dosa besar lainnya, seperti makan harta orang lain, utang tidak dibayar, muamalah riba, minum khamr, makan dan minum dari usaha yang haram, membuka aurat di depan yang bukan mahramnya, dusta, ghibah, dan memfitnah seorang Muslim. Termasuk sulit untuk menahan gerak lisannya.
Sehingga Anda melihat seseorang yang dianggap paham agama, dan banyak beribadah, namun ia berbicara dengan kata-kata yang tanpa sadar dapat mendatangkan murka Allah Ta'ala. Yang dengan satu kalimat darinya ia dimasukkan ke dalam neraka yang di dalamnya lebih jauh daripada jarak antara Timur dan Barat.
Yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah ini selaras dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam. Abu Hurairah melaporkan, dia pernah mendengar Nabi Muhammad Shallallahu 'alayhi wa sallam berkata, "Hamba yang mengucapkann kata-kata tanpa berpikir baik buruknya menyebabkan dia tergelincir ke arah neraka lebih jauh dari jarak antara Timur dan Barat." (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Tidak Boleh Sombong dan Malu
Lihatlah bagaimana Nabi Musa 'alayhissalam meninggalkan da'wahnya untuk sementara waktu kemudian menuntut ilmu kepada Nabi Khidir 'alayhissalam.
Atau tengoklah para wanita Anshar radhiyallahu'anhu yang selalu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam jika ada permasalahan agama yang masih rumit bagi mereka. Rasa malu tidak menghalangi mereka demi menimba ilmu yang bermanfaat. Ummul mu'minin 'Aisyah radhiyallahu'anha pernah berkata tentang sifat para wanita Anshar, "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memperdalam ilmu agama." (Diriwayatkan secara mu'allaq oleh Bukhari)
6. Diam dan Mendengarkan Baik-Baik Pelajaran yang Disampaikan
Penuntut ilmu diperintahkan mendengarkan dengan baik dan seksama. Jika tidak, keadaan dia ketika pulang dari majelis ilmu itu sama dengan keadaannya ketika ia mendatanginya. Tidak mendapatkan ilmu dan tidak ada perubahan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Az Zumar: 18)
Mendengarkan pelajaran hanya bisa dilakukan jika penuntut ilmu menyimak dan tidak melakukan aktivitas lain, seperti berbicara. Ulama Muhammad bin 'Abdul Wahhab Al Kufi mengatakan, "Diam itu mengeumpulkan dua perkara bagi seseorang, selamat dalam agama dan pemahaman (yang benar) bagi pelakunya."
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang diam maka ia akan selamat." (HR. Ahmad dan At Tirmidzi)
Iman An-Nawawi menjelaskan, penuntut ilmu sebaiknya tidak boleh mengangkat suara tanpa keperluan, tidak boleh tertawa, tidak boleh berbicara tanpa kebutuhan yang sangat, bahkan ia harus menghadapkan wajahnya ke arah gurunya.
7. Berusaha Memahami Ilmu yang Disampaikan
Dalam memahami pelajaran, manusia berbeda-beda keadaannya, ada yang langsung tanggap dan memahami pelajaran yang disampaikan, ada pula yang lambat. Namun, penuntut ilmu harus senantiasa berusaha memahami dan memohon kepada Allah agar diberikan pemahaman. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya." (HR. Ahmad)
Sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu pernah berdoa: "Ya Allah, tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan dan pemahaman (yang benar)." (Diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Imam Ahmad)
8. Mengikat Ilmu dengan Tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, perkataan ulama atau guru. Tujuannya agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap di dalam ingatannya setiap kali ia mengulang pelajarannya. Selain itu, dengan mencatat pelajarannya ia dapat memahami dan menghafalkannya.
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu)
9. Mengamalkan Ilmu yang Telah Dipelajari
Menuntut ilmu bukanlah tujuan akhir. Akan tetapi, sebagai pengantar kepada misi yang lebih besar, yaitu rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan taqwa kepada-Nya. Ketaqwaan seorang penuntut ilmu bisa dinilai dari apa yang dikerjakannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mu'min...." (QS At Taubah: 105)
"Perumpamaan orang-orang yang dibebankan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa lembaran-lembaran yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah...." (QS. Al Jumu'ah: 5)
Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam telah mengingatkan agar kita mengamalkan ilmu yang dipelajari, sebagaimana sabdanya, "Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan, dan tentang tubuhnya - capek dan letihnya untuk apa dia gunakan." (HR. At Tirmidzi)
Dalam hadits yang lain beliau bersabda: "Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri." (HR. Ath Thabrani)
Bahkan orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya diibaratkan sebagai orang yang merugi alias bangkrut. Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, "Orang miskin yang paling miskin adalah orang yang menghabiskan umurnya untuk mencari ilmu yang tidak ia amalkan sehingga ia kehilangan kelezatan dunia dan kebaikan akhirat. Ia akan datang (pada hari kiamat) dalam keadaan bangkrut bersama kuatnya hujjah (tuntutan) atasnya."
Demikian pentingnya ilmu maka bersyukurlah kita jika memiliki kesempatan untuk meraihnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, "Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga."
Yahya bin Abi Katsit pernah mengatakan, "Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan", sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim.
Dikutip dari Majalah Aulia, oleh: Nina Nurlena
Betapa mulia orang yang mengikhlaskan diri menimba ilmu hanya mengharap keridhaan Allah semata
BalasHapusSemoga Allah mudahkan kita untuk menimba ilmu sesuai dengan adab agama rahmatan lil alamin