Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hati Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam




Eksisten yang paling suci, paling bersih, paling terang, paling mulia, paling tinggi posisi dan kedudukannya, dan paling luas adalah 'Arsy Ar-Rahmaan, sehingga ia layak dijadikan sebagai tahta kebersemayaman Allah subhanahu wa ta'ala. Dan segala sesuatu yang lebih dekat dengan 'Arsy, maka ia lebih bercahaya, lebih suci, dan lebih mulia dibanding orang yang jauh dengannya.

Karena itu, surga Firdaus menjadi surga yang paling tinggi dan paling mulia, paling bercahaya dan paling luas, lantaran paling dekat dengan 'Arsy yang menjadi atapnya. Sebaliknya, apa yang jauh dari 'Arsy lebih gelap dan lebih sempit. Karena itu, kerak neraka (asfala saafiliin) menjadi tempat yang paling buruk, paling sempit, dan paling jauh dari segala bentuk kebaikan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ ۖ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi (al-matsal al-a'la); dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nahl (16): 60)

Firman Allah subhanahu wa ta'ala

وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya, dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. Ar-Ruum) (30): 27)

Firman Allah subhanahu wa ta'ala lainnya,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syuura (42): 11)

Inilah manifestasi kemahatinggian Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala bertahta di hati orang mukmin sebagai 'Arsy-Nya, (karena hati orang mukmin suci, luhur, baik, dan jauh dari kotoran serta kebusukan). Jika tidak, tentu ia tidak pantas dibersemayami oleh sifat kemahatinggian Allah subhanahu wa ta'ala dalam bentuk makrifat, cinta, dan kehendak, dan hanya pantas dibersemayami oleh sifat kenistaan dunia, cinta, kehendak, dan keterikatan dengannya, sehingga hati tersebut sempit, gelap, dan jauh dari kesempurnaan dan kebahagiaan.

Karena itu, hati dapat dibedakan menjadi dua: Hati yang merupakan 'arsy(tahta) Sang Maha Pengasih yang di dalamnya terdapat kelapangan, cahaya, kehidupan, keceriaan, kebahagiaan, dan amunisi-amunisi kebaikan. Dan hati yang merupakan 'arsy (tahta) setan, yang di dalamnya kesempitan, kegelapan, kematian, kematian, kesedihan, kemurungan, dan kegundahan. Hati yang demikian selalu sedih mengenang masa lalu, murung menghadapi masa kini, dan gundah memikirkan masa depan. (Ibnu Qayyim, Al-Fawaa'id, hal. 30)

Seorang hamba menempuh stasiun-stasiun perjalanannya menuju Allah subhanahu wa ta'ala dengan hati dan citanya himmah, bukaan dengan badannya. Dan ketakwaan yang sebenarnya adalah ketakwaan hati, bukan ketakwaan anggota badan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati."(QS. Al-Hajj (22): 32). Masih dalam surah yang sama, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-sekali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS. Al-Hajj (22): 37). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Takwa itu di sini (sambil menunjuk ke dadanya)." (HR. Muslim no. 2564)

Orang cerdas yang menempuh perjalanannya dengan kesahihan tekad, ketinggian cita, ketulusan maksud, kelurusan niat, meski hanya dengan amal yang sedikit, tetap berkali-kali lipat lebih jauh jarak tempuhnya daripada orang yang kosong melompong dari semua itu, meski dengan kerja keras yang melelahkan dan perjalanan yang amat berat.

Sebab tekad dan cinta akan menghilangkan segala beban berat dan menyamankan langkah. Jadi, laju pengembaraan menuju Allah subhanahu wa ta'ala harus dengan cita (himmah) dan dengan ketulusan hasrat dan tekad.

Sesantai (dan sedikit) apapun (amalannya), orang yang memiliki tekad yang tulus tetap akan jauh mendahului dan meninggalkan orang yang bekerja keras (beramal banyak tanpa tekad), dan barulah jika cita (himmah) keduanya setara, maka ia bisa mendahuluinya dengan amalnya. (Ibnu Qayyim, Al-Fawaa'id, hal. 148-149).

Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan air dari langit ke bumi yang gersang agar bumi kembali hidup (subur) setelah sekian lama mati (kering kerontang). Setelah tersiram air dari langit, bumi pun bergerak dan subur, menumbuhkan buah-buahannya. Akan tetapi, ia menumbuhkan tanaman yang baik, juga yang buruk, dan mengeluarkan buah yang beraroma wangi (manis) juga yang beraroma busuk (pahit).

Begitu juga Alqur'an. Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan Alqur'an ke hati Muhammad shollallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana firman-Nya: "Maka Jibril itu telah menurunkannya ke dalam hatimu dengan seizin Allah." (QS. Al-Baqarah (2): 97), agar beliau membacakannya di hati kaum mukminin dan khalayak manusia. Allah subhanahu wa ta'ala juga menyebutnya sebagai "ruh" sebagaimana dalam firman-Nya: "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu Alqur'an) dengan perintah Kami." (QS. Asy-Syuura (42): 52) untuk mengaitkan kehidupan hati dengan Alqur'an sebagai spirit kehidupan, sehingga hati yang bisa merasakan Alqur'an dan mencintainya berarti hati yang hidup, sementara hati yang tidak bisa merasakannya berarti hati yang mati.

Sebagaimana halnya yang terjadi pada bumi setelah disiram air dari langit oleh Allah subhanahu wa ta'ala, maka dengan turunnya Alqur'an hati pun demikian juga. Ada pemilik hati yang menemukan kehidupannya dalam Alqur'an dan ada pula yang menemukan derita kesengsaraannya di dalamnya. Ada yang hatinya dihidupkan Alqur'an setelah sebelumnya mati, dan ada juga yang jauh dari Alqur'an, tak menghiraukannya, bahkan menjadikannya sebagai musuh.

Sementara itu, hati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah lepas dari Alqur'an. Setiap kali ayat-ayat Alqur'an turun ke hati beliau, jiwanya yang mulia pun melambung dan mulai mengulang-ulanginya. Ayat-ayat Alqur'an serasa bagai hujan yang turun dari langit. Jika hujan turun menghidupkan bumi, maka ayat-ayat Alqur'an turun menghidupkan hati. 

Karena itu, hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa menyambut turunnya ayat-ayat Allah subhanahu wa ta'ala sepanjang hari-hari dakwahnya. Dan ketika Allah subhanahu wa ta'ala telah menyempurnakan ayat-ayat-Nya dan menyempurnakan nikmat-Nya, maka tahulah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa akhir ajalnya telah tiba, mengingat keeratan kaitan kehidupan hatinya dengan Alqur'an.

Posting Komentar untuk "Hati Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam"