Kewajiban Mendirikan Shalat 5 Waktu Bagi Muslimah
Wanita Muslimah harus mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya, tidak melalaikan ketepatan waktu ini karena disibukkan pekerjaan pekerjaan rumahtangga, tugas sebagai ibu dan istri. Sebab shalat merupakan tiang agama. Siapa yang menegakkannya, berarti dia menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkannya, berarti dia telah merobohkan agama.
![]() |
Gambar: unsplash.com |
Shalat merupakan amal yang paling utama dan paling jelas, sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW di dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata,
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amal yang paling utama?”Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.”Aku bertanya, “Kemudian apa lagi?”Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orangtua.”Aku bertanya, “Kemudian apa lagi?”Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (Muttafaq Alaih).
Yang demikian itu, karena shalat mempakan hubungan antara hamba dan Rabb-nya, sumber yang melimpah airnya, yang dari sumber inilah manusia bisa menciduk kekuatan, ketabahan hati, rahmat dan keridhaan, yang dengan airnya itu dia bisa membersihkan noda, dosa dan kesalahan kesalahannya.
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا
“Bagaimana pendapat kalian andaikan ada sebuah sungai di ambang pintu salah seorang di antara kalian, dia bisa mandi di sungai itu lima kali setiap harinya, adakah sedikit pun kotorannya yang masih menyisa?” Mereka menjawab, “Tidak ada dari kotorannya yang menyisa”. Beliau bersabda, “Yang demikian itulah perumpamaan shalat lima waktu, yang dengan shalat itu Allah menghapus kesalahan kesalahan.” (Muttafaq Alaih)
Dari Jabir RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Perumpamaan shalat lima waktu ialah seperti sebuah sungai yang melimpah airnya mengalir di ambang pintu salah seorang di antara kalian, dia bisa mandi di dalamnya lima kali setiap hari.” (HR. Muslim)
Shalat merupakan rahmat dari Allah yang diberikan kepada hamba hamba-Nya. Mereka bisa berlindung di bawah naungan-Nya lima kali setiap hari, memuji Rabb-nya saat melaksanakannya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta rahmat, hidayah dan ampunan dosa. Maka tidak heran jika shalat merupakan sesuatu yang mensucikan diri orang yang melaksanakannya, laki-laki maupun perempuan, menghapus kesalahan kesalahan dan dosa-dosanya.
Dari Utsman bin Affan RA, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah ada di antara orang Muslim jika tiba waktu shalat wajib, lalu dia membaguskan wudhunya, kekhusyu‘annya dan ruku'nya, melainkan shalat itu menjadi penebus dosa-dosa sebelumnya, selagi dia tidak mengerjakan dosa besar, dan itu berlaku selama-lamanya. “ (HR. Muslim)
Masih banyak hadits, perkataan para sahabat dan pengabaran yang menyebutkan keutamaan shalat, urgensi, kebaikan dan barakahnya bagi laki-laki atau wanita yang melaksanakannya, yang semuanya menegaskan sekian banyak kebaikan yang bisa diraih laki-laki atau wanita yang melaksanakannya, selagi mereka berdiri di hadapan Allah dengan khusyu’ dan tunduk.
Membaguskan Pelaksanaan Shalat
Wanita Muslimah yang bertakwa dan sadar dianjurkan agar melaksanakan shalat secara baik, dengan melibatkan kekhusu’an hati dan ketundukan seluruh anggota badan.
Saat shalat itu dia bisa menyimakmakna ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacanya, menghayati sepenuhnya makna makna tasbih dan doa yang diucapkannya sehingga seluruh relung-relung jiwanya ditaburi ketundukan kepada Allah, hatinya penuh hidayah, rasa syukur dan ubudiyah kepada-Nya.
Jika shalatnya tidak dipagari sedemikian rupa maka bisikan setan akan mengalihkan jiwanya dari kekhusyu’an hati dan kejernihan pikiran sehingga dia tidak lagi bisa menghayati Kalam Allah yang dibacanya, pujian, tasbih, dan tahmid yang diucapkannya.
Tidak seharusnya wanita Muslimah meninggalkan tempat shalatnya seketika itu pula seusai shalat untui menyibukkan diri dalam berbagai perkerjaan rumah tangga atau berbagai kesibukkan lainnya dalam hidup. Tetapi sebaiknya dia memohon ampunan kepada Allah tiga kali seperti yang biasa dilakukan Rasulullah SAW, mengucapkan seperti yang biasa beliau ucapkan, yaitu
اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Ya Allah Engkau adalah keselamatan dan dari-Mu keselamatan. Keberkehan untuk-Mu dan kehormatan wahai pemilik kemuliaan.”
Dia juga membaca berulang-ulang tasbih dan dzikir-dzikir yang disebutkan di dalam sunnah yang suci seperti yang biasa dilakukan Rasulullah SAW seusai shalat, yang macamnya banyak sekali.
Yang paling penting adalah bertasbih kepada Allah tigapuluh tiga kali, bertahmid dan bertakbir dengan jumlah yang sama, lalu sekali bacaan agar genap seratus: La ilaha illallahu wahdahu la syariika lahu, lahul mulku wa lahulhamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir. Diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barangsiapa bertasbih kepada Allah setiap kali selesai shalat sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid kepada Allah sebanyak tigapuluh tiga kali, bertakbir kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, yang jumlah semuanya ada sembilan puluh sembilan kali, dan mengucapkan kelengkapan seratusnya, “Tiada Ilah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya kerajaan dan kepunyaan-Nya pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu’ maka kesalahan-kesalahannya diampuni, sekalipun seperti buih di lautan.” (HR. Muslim)
Kemudian dia bisa menghadap kepada Allah dengan berdoa secara khusyu’ agar semua urusannya dilancarkan dan dibaguskan, urusan dunia dan urusan akhirat, agar dilimpahi nikmat-Nya, nikmat lahir dan nikmat batin, agar diberi petunjuk jalan yang lurus dalam urusannya.
Dengan cara begitu dia bisa keluar dari shalat dalam keadaan bersih jiwanya, tenang hatinya, suciruhnya, semua keadaan dirinya terisi kekuatan spiritual, yang bisa membantunya dalam menghadapi beban kehidupan, tugas rumahtangga dan sebagai ibu, berjalan dalam rengkuhan Rabb-nya secara aman, tidak terguncang apabila dia ditimpa sesuatu yang kurang menyenangkan dan tidak kikir apabila mendapat limpahan kebaikan. Inilah keadaan orang-orang yang senantiasa shalat, lurus dan khusyu’, sebagaimana firman Allah,
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa apa (yang tidak mau meminta).” (Al-Ma’arij: 19-25)
Disadur dari buku "Jati Diri Wanita Muslimah", Karya DR. Muhammad Ali Al-Hasyimi, terbitan Pustaka Al-Kautsar.
Posting Komentar untuk "Kewajiban Mendirikan Shalat 5 Waktu Bagi Muslimah"